running text

WELCOME TO MY BLOG...

Monday, January 20, 2014

Akhirnya Datang Juga…!!!

Tempo hari aku pernah memposting tentang rencana Pemkab Nduga mendatangkan alat berat untuk pembangunan di Distrik-distrik (Kecamatan-kecamatan) yang ada di Kabupaten Nduga. Memang aku dan orang-orang disini sudah mendengar tentang rencana ini sejak awal 2012, bahkan sebenarnya info ini sudah beredar sejak pertengahan tahun 2011. Namun entah kenapa, rencana itu lama sekali terealisasinya….lebih dari 2 tahun! (bisa dibaca disini: akhirnya aku punya tetangga). Kami (aku dan masyarakat disini) bahkan sempat pesimis dan menduga bahwa kemungkinan rencana ini tidak jadi dilakukan. Padahal aku sangat menantikan peristiwa ini…aku pengen banget bisa melihat bagaimana sebuah heli terbang dengan membawa alat-alat berat!
 

Helicopter Kamov....Sang Transporter
 Dan akhirnya......setelah menunggu sekian lama…..peristiwa yang dinantikan ini datang juga! Yup, heli itu datang untuk mengangkut berbagai alat berat yang akan dibawa dari Wamena ke distrik-distrik di Nduga. Alat-alat berat tersebut dikumpulkan terlebih dahulu di sebuah lapangan milik kontraktornya yang ada di daerah Woma, Wamena. Kebetulan waktu itu aku sedang ada di Wamena, jadi aku bisa melihat proses pengangkutan ini. Aku datang kelokasi berdua dengan Pa Guru Jefri (mantan guru, yg sekarang diangkat jadi sekretaris distrik Mugi)


 Helinya sendiri merupakan heli buatan Rusia dengan baling-baling ganda. Heli ini datang dengan pilot + para teknisi dan konsultan dari Negeri Beruang Merah alias Rusia. 

Tuesday, August 6, 2013

FESTIVAL LEMBAH BALIEM

 Tulisan ini merupakan lanjutan dari WAMENA....The Heart Of Papua


10.    Festival Lembah Baliem
Festival ini merupakan festival tahunan yang diselenggarakan di bulan Agustus dan merupakan salah satu dari serangkaian acara yang diselenggarakan dalam rangka memeriahkan  HUT RI di Kab. Jayawijaya. Festival ini diselenggarakan sejak tahun 1989 dalam rangka memperingati budaya perang suku demi kesuburan dan kesejahteraan antara Suku Dhani, Suku Yali dan Suku Lanny. Dalam festival ini disajikan berbagai seni dan budaya dari ketiga suku yang berasal dari wilayah pegunungan tengah Papua tersebut. Diantaranya ada tari-tarian, atraksi perang suku dan lomba karapan babi alias balap babi. Acaranya sendiri cukup menghibur dan sangat menarik…

Sempat ada kehebohan waktu acara balap babi. Ceritanya yang ikut lomba adalah mama-mama dan babinya yang sudah sangat jinak dan “nurut”. Nah, ada satu kejadian dimana ketika ada seekor babi yang sedang digendong oleh seorang mama berusaha meraih (maaf) puting payudara sang mama (kebetulan sang mama tidak memakai bra)…rupanya si anak babi tersebut ingin menyusu…beberapa kali anak babi tersebut meronta-ronta berusaha meraihnya…tapi sang mama masih berhasil mencegahnya….kejadian ini menarik perhatian para pengunjung yang ada disitu. Dan kehebohanpun terjadi ketika kemudian si anak babi tersebut berhasil mencapai tujuannya…sontak penontonpun bersorak heboh!! Banyak diantara penonton, termasuk para bule yang berusaha mengabadikan kejadian ini….dan kali ini sang mama untuk beberapa saat membiarkan anak babi tersebut menyusu kepadanya.


Festival Lembah Baliem
Festival ini didominasi dengan acara tari-tarian dan perang-perangan dari para peserta. Penampilan para peserta yang memakai pakaian tradisional berupa koteka dan Sali, serta riasan mereka yang terlihat heboh…tentunya menjadi daya tarik tersendiri. Para bule terlihat sibuk mengabadikan semua momen yang ada…dan banyak diantara para bule ini yang membawa kamera SLR dengan Lensanya yang terlihat wow dan banget!! Pokoknya mereka terlihat well prepared banget deh untuk nonton Festival ini. 

 
Pas atraksi perang-perangan, tidak jarang anak panahnya terbang kemana-mana….

Sunday, August 4, 2013

WAMENA....The Heart Of Papua


Apa yang pertama kali terlintas dalam benak anda ketika mendengar kata “Papua”?

Orang-orang memakai koteka? Bakar batu? Perang suku? Honai? atau orang-orang berkulit hitam dan berambut keriting?

Aku yakin, dibenak sebagian besar orang akan terlintas salah satu dari beberapa hal diatas sebagai jawabannya.

Eittss, tapi jangan salah…walaupun hal-hal diatas terdengar “khas” Papua, tapi tidak disemua daerah Papua anda bisa mendapatinya. Jika anda datang ke kota Jayapura ataupun ke kota Biak….anda mungkin tidak akan menemukan orang-orang yang memakai koteka ataupun rumah honai.  Yup, dulupun aku sempat kecele…. Waktu pertama kali menginjakkan kaki di tanah Papua (Jayapura), aku pikir aku akan langsung bisa melihat orang-orang yang memakai koteka….ternyata tidak, di Jayapura orang-orangnya sudah berpakaian lengkap, dan Jayapura sendiri sudah ramai dan sudah lumayan maju….tidak beda dengan kota-kota lainnya di Indonesia.

Tapi untungnya, semua yang terdengar khas Papua tersebut masih bisa anda jumpai di Kota Wamena…The Heart of Papua. Makanya banyak orang yang bilang: “belum datang ke Papua…kalau belum ke Wamena”. Yup, menurutku… kalo mau mendatangi “the real Papua”, maka datanglah ke Wamena. Mungkin anda belum pernah mendengar tentang Kota Wamena…tapi mungkin anda pernah mendengar tentang “Lembah Baliem” bukan? Apalagi bagi para penggemar Band Slank, pasti pernah dengar tentang Lembah Baliem ini, karena merupakan salah satu judul lagu mereka….

Sebetulnya, lembah Baliem itu ya Wamena….. Dikota ini, kita akan bisa mendapatkan banyak hal yang unik dan menarik, diantaranya…masih ada orang memakai koteka…ada banyak Honai…masih sering terjadi perang suku….dsb. Belum lagi wisata berupa Festival tahunan (Festival Lembah Baliem) ataupun wisata alamnya…misalnya goa Lokale di kurulu, mata air asin, telaga biru, mummy kepala suku, dsb.

Orang bilang…’tak kenal maka ‘tak sayang…makanya, kita kenalan sama Wamena Yuk….. :)

Wamena from above...

Thursday, May 9, 2013

Heli Datanglah….Saya Mau Rujuk Pasien….



Salah satu pengalaman yang paling berkesan selama PTT di Nduga adalah ketika aku harus merujuk pasien. Karena tidak ada akses darat ataupun akses sungai, maka mau ngga mau satu-satunya akses yang bisa digunakan adalah akses udara (menggunakan pesawat atau helicopter).  Berhubung jadwal pesawat yang terbang ke Mugi itu tidak tetap alias tidak teratur, makanya kita tidak bisa pastikan kapan pesawat bisa datang. Dan ini bisa menjadikan kesulitan tersendiri….

Ada tiga cara yang bisa digunakan ketika kita mau merujuk pasien dari Mugi….

  1. Menggunakan pesawat yang memang sudah ada rencana terbang ke Mugi
  2. Memanggil pesawat yang kebetulan sedang terbang ke daerah sekitar untuk “mampir” menjemput pasien di Mugi
  3. Sengaja memanggil pesawat atau heli dari Wamena untuk datang menjemput pasien

Helicopter milik Helli Vida
Kalo kondisi pasiennya tidak terlalu gawat, maka biasanya kita akan menunggu datangnya pesawat ke Mugi, dan ini bisa memakan waktu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu, misalnya pada pasien bapak YG. Tetapi jika pasiennya gawat dan butuh dirujuk cepat, maka kita akan meminta pesawat yang sedang terbang ke daerah sekitar (kalo ada -pen) untuk “mampir” menjemput pasien di Mugi. Atau jika pasiennya benar-benar gawat dan tidak ada pesawat yang terbang di wilayah sekitar, maka kita akan berusaha meminta langsung ke maskapai penerbangan di Wamena untuk mengirim pesawatnya guna menjemput pasien (biasanya dari maskapai MAF atau AMA). Tapi kalo lokasinya jauh dari landasan dan pasien tidak memungkinkan untuk datang ke landasan, maka kita akan meminta bantuan Hellimission a.k.a Helli Vida untuk dikirimkan Helicopter penjemput pasien. Tapi terkadang inipun ngga mudah…..

Aku sudah dua kali meminta bantuan Helli Vida untuk merujuk pasien. Rujukan yang pertama, karena kesulitan untuk mengkontak mereka, akhirnya helli tersebut terlambat datang dan baru datang 9 hari kemudian (karena selalu gagal kontak). Dan yang membuat sedih adalah….heli tersebut baru datang sehari setelah pasiennya meninggal dunia…. :(

Sunday, April 28, 2013

Apalah Arti Sebuah Nama?


William Shakespeare (1564 - 1616)
Semua orang rasanya pasti pernah mendengar ungkapan ini, “Apalah arti sebuah nama?”.  Pembaca juga pasti pernah mendengarnya bukan? Yup, itulah sebuah ungkapan yang sangat populer yang dikemukakan oleh William Shakespeare, seorang pujangga asal Inggris yang hidup pada abad ke 16….mmmm, udah lama banget ya? Tapi nyatanya ungkapan tersebut masih popular dan masih sering kita dengar hingga sekarang.

Walaupun begitu, namun rupanya banyak orang yang tidak setuju dengan ungkapan tersebut. Shakespeare menganggap bahwa nama seseorang tidaklah penting, tetapi banyak orang dibelahan bumi ini (termasuk aku) tidak demikian adanya. Banyak orang yang menganggap bahwa nama itu penting karena bisa bermakna doa, harapan, ataupun simbol. Makanya banyak orang tua yang berusaha memberi nama yang bagus-bagus dan indah-indah buat anaknya. Di toko buku kita juga bisa menemukan buku yang memberikan alternatif nama-nama yang indah dan penuh makna, seperti misalnya nama-nama yang baik menurut Agama Islam, Kristen ataupun nama-nama popular dari belahan dunia yang memiliki makna yang baik. Bahkan kalo di Indonesia kita bisa menemukan masih banyak kalangan masyarakat yang untuk memberi nama anaknya saja harus melalui serangkaian upacara adat dulu….sudah tradisi katanya. Kalo di Jawa, jika seseorang anak kecil sering sakit maka dipercaya itu karena namanya kurang baik, makanya harus diganti. Artis senior

Thursday, October 4, 2012

Kamera, Sahabat Terbaik si Bolang

Rugi rasanya kalo kita bepergian ke berbagai tempat tapi kemudian tidak diabadikan lewat foto ataupun video. Makanya selain laptop/tablet menurutku kamera adalah salah satu gadget yang wajib dibawa oleh para bolanger dan traveler, malah kalo menurutku mah itu salah satu gadget yang paling utama sih….hehehe…

Sejak pertama PTT sampe sekarang, aku udah berganti kamera dua kali….ada yang karena kecewa sama hasil fotonya, dan ada juga yang karena kameranya rusak….jadi WAJIB beli yang baru… hehe. Aku lumayan suka dunia fotografi….tapi gak serius-serius amat sih…sekedar suka aja. Dulu aku sering banget browsing di internet dan cari-cari info seputar perkembangan dunia fotografi….sekedar mencari tau info ttg dunia kamera, belajar sedikit ttg teori fotografi maupun mencari info tentang produk-produk terbaru yang sedang “hot”.

Panasonic Lumix Fs 62
Waktu mau beli kamera, aku memilih tuk beli kamera pocket dibanding DSLR. Alasannya simple…karena lebih murah, praktis, gampang masuk kantong jadi bisa dibawa kemana-mana. Selain itu juga karena aku gak terlalu hobi-hobi amat sama dunia fotografi….jadi sayang aja duitnya kalo buat beli kamera yg harganya cukup mahal itu. Kamera pertamaku alias kamera yang aku beli dari kantong sendiri adalah  Canon ixus 95is. Kamera ini aku beli ketika aku mau berangkat PTT ke Sulawesi tahun 2009 silam. Sebelum beli kamera ini aku browsing di internet dulu buat cari-cari info produk yang terbaik dikelasnya. Dan waktu itu sebenarnya aku tertarik dengan kamera Panasonic Lumix FS 62 karena dari hasil review di internet bisa dibilang dia merupakan yang terbaik dikelasnya dan masuk kategori “highly recommended” atau minimal “recommended” lah…. Tapi karena kamera ini kamera keluaran baru, sayangnya masih belum ada di Bandung (padahal aku udah ubek-ubek nyari ni kamera di BEC).

Sunday, September 30, 2012

He...he...he...


Aku bingung waktu mau ngasih judul buat posting ini, jadi daripada pusing aku bikin saja judulnya jadi “he..he..he..”. Postingan ini memang berisi pengalaman unik, lucu dan menggelitik yang aku dapat dari anak-anak dan juga orang-orang disini. Seperti yang kita tahu, di Mugi ini tidak ada akses darat untuk ke kota dan lokasinya memang sangat terpencil. Pertama aku datang sekolah SD pun muridnya baru sampai kelas 4 saja. Jadi mereka memang hidup dalam kondisi terisolir dan hanya sedikit saja informasi dari luar yang mereka tahu.

Sebagian orang-orang disini memang banyak yang sudah pernah ke kota, baik ke Wamena maupun Jayapura, tapi banyak juga yang belum pernah ke kota sama sekali….terutama para ibu-ibu dan anak-anak. Jadi apa yang mereka tahu sebatas apa yang mereka lihat di sekitarnya saja….atau juga “katanya” orang-orang yang sudah pernah ke kota. Keterbatasan pengetahuan mereka terkadang mengundang kelucuan tersendiri….

Thursday, September 27, 2012

Akhirnya aku punya tetangga

Puskesmas baru (kiri) - rumah dinas paramedis - rumah dinas dokter
Rumah dinasku sebetulnya merupakan komplek Puskesmas. Jadi Lokasi rumah dinasku tuh dekat dengan bangunan Puskesmas baru. Disamping itu, disebelah rumahku juga terdapat bangunan rumah dinas untuk paramedis. Tapi karena satu dan lain hal, kedua bangunan tersebut (Puskesmas baru dan Rumah paramedis) kosong, tidak ada penghuninya. Kalo Puskesmas baru karena dianggap belum beres maka kapusku belum mau menggunakannya. Sedangkan rumah dinas paramedis menjadi kosong karena memang belum ada tenaga paramedisnya. Akhirnya praktis selama ini aku tinggal dikompleks Puskesmas sendirian…ngga ada tetangganya. Tetangga terdekat jaraknya ratusan meter, itupun hanya honai satu-satu….pokoknya sepi banget deh….dan lumayan agak serem sih kalo dibayangkan. Bayangkan saja, dibelakang rumahku tuh masih hutan,

Sunday, September 23, 2012

Arrggghh!! Susahnya mau ngerujuk pasien…


Sulitnya transportasi membuat segala sesuatunya jadi lebih susah. Termasuk juga ketika kita mau ngerujuk pasien. Padahal kalo yang namanya pasien sampe dirujuk…itu berarti pasien tersebut sakitnya sudah terlalu berat dan tidak bisa ditangani di Puskesmas. Dan terkadang juga butuh “dalam tempo yang secepatnya” untuk bisa mengirim pasien jika pasien tersebut berada pada level emergency. Namun apa daya, karena namanya juga di pedalaman dan transportnya hanya bisa memakai pesawat….jadi aja proses rujukan juga jadi susah….kadang sampe tertunda beberapa hari, beberapa minggu…..atau kadang pasiennya  udah keburu meninggal,

Thursday, September 20, 2012

My Own Solar Cell, Finally!


Seperti yang udah aku gambarkan di postingku terdahulu….di Mugi itu tidak ada listrik PLN dan juga Sinyal hape. Jadi mau tidak mau kita harus puas bergelap-gelap ria disini. Gelap karena tanpa lampu….juga gelap karena ngga tau berita-berita yang terjadi diluar sana, karena ngga bisa liat tivi ataupun berkomunikasi pake hape….