salah satu kegiatan di Puskesmasku |
Puskesmas sejatinya adalah singkatan dari Pusat Kesehatan
Masyarakat. Tapi dikalangan para pegawainya kadang juga diplesetkan jadi
“PUSing…KESeleo…dan MASuk angin…” :D. Sebetulnya plesetan ini berangkat dari
betapa monoton dan kurang variatifnya pasien-pasien yang datang ke Puskesmas,
yang dianggap tidak jauh-jauh dari 3 keluhan tersebut…(walaupun sebenarnya jauuhhh
lebih variatif dari 3 hal itu…)
Begitu juga pasien-pasien di Puskesmasku….cenderung monoton.
Kebanyakan pasien-pasien disini penyakitnya lebih karena faktor lingkungan dan
kebiasaan hidupnya, yaitu karena sering kerja fisik yang berat, naik-turun gunung dengan
membawa beban hingga mencapai puluhan kilogram, karena tinggal dihonai yang kurang ventilasi dan pengap
oleh asap, karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan diri dan
lingkungan maupun kebiasaan hidup sehat lainnya. Juga karena kurangnya akses
masyarakat untuk mendapatkan sumber-sumber makanan bergizi (karena faktor
terisolir, kemiskinan, kurang variatifnya jenis tanaman pangan yang ditanam
serta faktor lainnya yang lumayan kompleks).
Makanya mayoritas penyakitnyapun tak jauh dari faktor-faktor
diatas. Kalo anak-anak sakitnya kebanyakan batuk-pilek, diare, demam, penyakit
kulit serta gizi kurang. Kalo pasien dewasa keluhannya ya paling batuk pilek,
nyeri-nyeri dibadan atau persendian, penyakit kulit dan sedikit pasien dengan keluhan
malaria. Selama bertugas di Mugi, aku ngga pernah meriksa pasien hamil ataupun
menolong persalinan. Karena budaya dimasyarakatku tuh masih kuat….selain karena
malu, mereka juga merasa tabu untuk memeriksakan kehamilannya atau ditolong
persalinannya oleh dokter laki-laki. Jadi mereka lebih memilih untuk
memeriksakannya ke mama Kristina, seorang dukun bayi terlatih yang juga
merupakan salah seorang kader di Puskesmasku. Kalo misalnya mama Kristina sedang
turun ke kota,
tetap aja mereka tidak akan datang sama aku, melainkan memilih untuk ditolong
oleh orang-orang tua… lain ceritanya kalo dokternya adalah dokter perempuan,
maka mereka tidak akan segan untuk datang. Seperti yang pernah dialami temanku
dr Dina Asmuruf….dia pernah membantu beberapa kali persalinan sewaktu di
Kenyam.
pasien-pasien di Puskesmas |
Walaupun aku suka dengan anak-anak….tapi jujur aja aku bosen
dapet pasien anak disini (sehari-hari
pasien yang kulayani kebanyakan adalah pasien anak (60 - 80 persen) dan sedikit
pasien ibu-ibu serta pasien dewasa lainnya.), apalagi kalo sakitnya
batuk-pilek atau sakit non tindakan lainnya….bikin puyer lagi deh. Coba
bayangin kalo dalam sehari ada 20-25 pasien anak….berarti bisa-bisa 20 – 25
kali pula kita bikin puyernya. Apalagi karena di Puskesmas aku seringnya kerja
sendirian….jadi kerjanya tuh one man for
all position gitu…
dari mulai mencatat data pasien, menanyai (anamnesis) pasien, meriksa pasien….sampe meracik obat, nyerahin serta menjelaskan cara minum obatnya juga. Pokoknya komplit deh capenya….makanya lama-lama jadi jenuh juga….
dari mulai mencatat data pasien, menanyai (anamnesis) pasien, meriksa pasien….sampe meracik obat, nyerahin serta menjelaskan cara minum obatnya juga. Pokoknya komplit deh capenya….makanya lama-lama jadi jenuh juga….
Sebetulnya di Puskesmasku tuh ada beberapa pegawai,
diantaranya seorang kepala puskesmas (Pa Marthen), dua orang mantri (Pa
Yonathan & Pa Yonias), dan 4 orang kader kesehatan (termasuk mama Kristina,
istri dari Pa Yonathan). Mereka semua tidak pernah mendapatkan pendidikan
kesehatan secara formal…..mereka hanya pernah di didik membaca, menulis dan mengobati
orang sakit oleh Missionaris asing yang datang ke Nduga sekitar tahun 1970an.
Di awal-awal aku datang ke Mugi mereka rajin sih datang ke puskesmas dan
bantuin aku….terutama sebagai penerjemah. Tapi lama kelamaan mulai hilang
satu-persatu…mereka udah ngga pernah datang lagi ke Puskesmas. Apalagi setelah
aku lumayan bisa bahasa Nduga dan bisa menganamnesis pasien secara langsung….ya
bubarlah akhirnya mereka, termasuk juga kepala Puskesmasku.
Alasannya macam-macam….kalo Kapus itu karena dia terlalu
sibuk diluar. Selain sebagai kepala Puskesmas, dia juga merangkap sebagai agen
penerbangan dan juga yang megang radio SSB. Otomatis dia selalu sibuk di radio
SSB setiap pagi dan sore. Kalo pesawat datang dia pula yang lapor cuaca dan
atur penumpang yang berhak naik pesawat. Kadang juga alasannya karena sibuk
mencari makanan buat babi peliharaannya atau juga karena sibuk mencari kayu bakar….pokoknya
macam-macam deh alasannya. Apalagi karena dia juga dianggap sebagai salah satu
tokoh disini, makin sibuk deh dia diluar. Coz, kalo ada kegiatan atau masalah
ditengah-tengah masyarakat, mereka kerap melibatkan kapusku juga buat
menanganinya.
Kalo anak buahnya lain lagi alasannya. Ada
yang karena sudah tua dan sakit-sakitan, ada yang karena alasan mengurus suami
yang sakit, atau ada juga yang memang karena pemalas dan lebih sering keluar ke
kota. Tapi alasan
yang paling mengemuka sih karena alasan uang. Sering mereka curhat ke aku soal
kapus yang ngga transparan dan mereka menuduh kapus sering menggelapkan uang
operasional Puskesmas. Bahkan gara-gara masalah uang ini sampe beberapa kali
terjadi keributan antar pegawai dengan kapus, akibatnya beberapa kaca nako di
Puskesmaspun sampe pecah gara-gara ada mantri yang ngamuk-ngamuk di Puskesmas.
Pernah juga pas acara bakar batu seorang kader mengamuk dan mengacung-acungkan
parang ke istri kapus yang juga merupakan seorang kader Puskesmas. Wahh…sempet
menegangkan banget waktu itu, karena keluarga dari pihak kapus juga mulai
terpancing emosinya dan mereka sudah pada posisi siaga semua. Padahal pas bakar
batu itu banyak banget orang, dan mereka itu kalo kemana-mana selalu bawa
panah, kampak atau parang….jadi kebayang kan
betapa seremnya kalo sampai pecah keributan….(Orang
Nduga itu memang keras sifatnya, sering banget mereka tu ribut-ribut….kadang
hanya karena masalah sepele…). Aku waktu itu refleks aja melerai dan
menenangkan kader puskesmasku yang mengamuk itu….untungnya keributan masih bisa
diredam karena banyak orang juga yang kemudian berusaha melerai.
Ya begitu deh….kalo urusan uang itu kadang emang suka bikin
ribet….duit = ribut….makanya bikin males banget kalo udah urusan duit. Akupun
suka ngga ambil pusing masalah duit ini….walaupun ada hak-hak dokter (jamkesmas dan
jasa medik) yang sama sekali ngga nyampe ke aku…tapi ya biarlah…daripada jadi
ribut. Paling aku hanya ngandelin insentif dari daerah saja….
Para kader dan mantri tu
kalo hari-hari biasa pada males ke puskesmas, tapi kalo udah giliran ada
kegiatan program yang ada honornya (misalnya
BOK), baru deh mereka mau kerja … (ya,
ngga bisa seratus persen disalahin juga sih…) Kalo abis melakukan kegiatan, semua mendapat
honor kegiatan, termasuk juga dokternya. Memang kalo dibandingkan honor yang
didapat dokter PTT di Kabupaten tetangga, honor yang aku dapet ini lebih kecil
sih…kurang dari separuhnya. Tapi tetap harus bersyukur atas rezeki yg kita dapat...berapa yg kita dapat, berarti itulah rezeki kita.
Kalo bicara soal pasien, aku lebih suka sama pasien-pasien
yang butuh tindakan….aku lebih senang kalo harus menjahit luka, memasang infus
atau biarpun hanya sekedar membalut verban, dibanding pasien biasa yang tidak
butuh tindakan. Tapi sayangnya di Mugi ini aku jarang banget dapat pasien
tindakan, apalagi di masa-masa awal
dulu. Dalam sebulan atau dua bulan paling hanya ada 1 - 3 pasien tindakan,
seringnya malah tidak ada sama sekali… Tapi kalo enam bulan terakhir ini sih
lumayan meningkat jumlahnya.
Kenapa aku suka pasien tindakan??? karena aku lebih suka pekerjaan yang terlihat secara nyata, dan langsung bisa dirasakan hasil/manfaatnya oleh pasien. Contohnya seperti dibawah ini
...
Berhubung fasilitas di Puskesmas yang sangat minim,
seringkali aku harus bekerja dengan peralatan seadanya. Terkadang kalau harus
menjahit pasienpun, biasanya aku lakukan sambil pasiennya ndlosor dilantai puskesmas…. (karena tidak ada bed untuk pasien). Selain minim peralatan, obat-obatanpun jenis
maupun jumlahnya sangat terbatas. Bahkan sepanjang tahun 2011, tidak ada
kiriman obat sama sekali dari pihak dinas kesehatan. Entah kenapa mereka tidak
mengirimkan obat, padahal seharusnya tiap tahun ada minimal satu kali
pengiriman obat ke Puskesmas-puskesmas. Padahal anggaran untuk mengirim obat tu
lumayan besar lho…karena di Nduga ini, pengiriman obat ke Puskesmas harus
menggunakan pesawat yang dicarter dengan harga puluhan juta untuk sekali
terbang. Untunglah waktu itu ada dana RESPEK untuk desa-desa, dan sebagian
diantaranya mereka alokasikan untuk membeli obat-obatan. Akhirnya kita
gunakanlah obat-obatan tersebut untuk pasien-pasien di Puskesmas.
Birokrasi di dinkes Nduga, ngga beda jauh dengan daerah-daerah
lain disekitarnya…kacau...bahkan mungkin lebih parah!! Makanya jadi dokter PTT
di Nduga benar-benar besar tantangannya….selain harus menghadapi medan yang berat,
masyarakat yang berkarakter keras dan birokrasi dinkes yang bikin ngelus dada...😌
Memang begitulah
tantangan dokter PTT di Nduga….ribet banget. Tapi namanya juga kehidupan,
pasti ada suka-duka dan lika-likunya….dan itulah yang membuat hidup kita jadi
lebih berwarna…seperti yang dibilang oleh Agnes Monica di sebuah iklan: ….life is never flat!!
Terlepas dari segala kesulitan yang ada, aku sendiri enjoy berada disini. Mungkin karena aku
ngga suka ambil pusing….atau lebih tepatnya aku berprinsip:…Pilahlah masalahmu,
tidak semuanya perlu ditanggapi atau kamu hanya akan membuat hidupmu menjadi
tidak nyaman…. (Sok bijak banget ya ….hehehe.. :p)
ISTILAH :
RESPEK : Singkatan dari Rencana Strategis Pembangunan Kampung. Sebuah program bantuan pendanaan oleh Pemprov untuk pembangunan di kampung-kampung di Papua. Biasanya digunakan untuk pembangunan Fasilitas umum, fasilitas sosial atau lainnya....
Kepala Puskesmasnya dokter? Orang mana?
ReplyDeleteCerita2nya menarik, dijadikan buku asik juga kayaknya.
Bukan dokter, dia orang asli sini dan lulusan ex-misi yaitu orang yg dididik baca, tulis dan merawat orang sakit oleh missionaris barat puluhan tahun yg lalu.
ReplyDeleteHehe...terlalu sedikit tulisannya tuk dijadikan sebuah buku mba, biarlah cukup menjadi sebuah blogspot saja.
Tujuannya jg cm buat sharing mba....syukur2 bisa nambah motivasi teman2 yg kepingin datang ke papua. Karena dulu juga saya bertambah motivasi buat datang ke papua stlh baca blog seorang dokter yg menceritakan kehidupan pttnya dipapua....hehe
Sedikit, lama lama jadi bukit tho.
ReplyDeleteAamiin... :)
DeleteSalut banget sama Pak Dokter satu ini. Saya awalnya hanya nyari jenis-jenis pesawat kecil akhirnya baca tuntas pengalaman Anda. So amazing...Tak semua bisa punya kesempatan punya pengalaman seperti Anda. Sekarang masih PTT kah?
ReplyDeleteSaya juga bersyukur bisa dapat pengalaman seperti di Nduga ini mba....beyond my expectation sebenarnya... :)
Deletesekarang sudah ngga mba.