running text

WELCOME TO MY BLOG...

Thursday, October 4, 2012

Kamera, Sahabat Terbaik si Bolang

Rugi rasanya kalo kita bepergian ke berbagai tempat tapi kemudian tidak diabadikan lewat foto ataupun video. Makanya selain laptop/tablet menurutku kamera adalah salah satu gadget yang wajib dibawa oleh para bolanger dan traveler, malah kalo menurutku mah itu salah satu gadget yang paling utama sih….hehehe…

Sejak pertama PTT sampe sekarang, aku udah berganti kamera dua kali….ada yang karena kecewa sama hasil fotonya, dan ada juga yang karena kameranya rusak….jadi WAJIB beli yang baru… hehe. Aku lumayan suka dunia fotografi….tapi gak serius-serius amat sih…sekedar suka aja. Dulu aku sering banget browsing di internet dan cari-cari info seputar perkembangan dunia fotografi….sekedar mencari tau info ttg dunia kamera, belajar sedikit ttg teori fotografi maupun mencari info tentang produk-produk terbaru yang sedang “hot”.

Panasonic Lumix Fs 62
Waktu mau beli kamera, aku memilih tuk beli kamera pocket dibanding DSLR. Alasannya simple…karena lebih murah, praktis, gampang masuk kantong jadi bisa dibawa kemana-mana. Selain itu juga karena aku gak terlalu hobi-hobi amat sama dunia fotografi….jadi sayang aja duitnya kalo buat beli kamera yg harganya cukup mahal itu. Kamera pertamaku alias kamera yang aku beli dari kantong sendiri adalah  Canon ixus 95is. Kamera ini aku beli ketika aku mau berangkat PTT ke Sulawesi tahun 2009 silam. Sebelum beli kamera ini aku browsing di internet dulu buat cari-cari info produk yang terbaik dikelasnya. Dan waktu itu sebenarnya aku tertarik dengan kamera Panasonic Lumix FS 62 karena dari hasil review di internet bisa dibilang dia merupakan yang terbaik dikelasnya dan masuk kategori “highly recommended” atau minimal “recommended” lah…. Tapi karena kamera ini kamera keluaran baru, sayangnya masih belum ada di Bandung (padahal aku udah ubek-ubek nyari ni kamera di BEC).

Sunday, September 30, 2012

He...he...he...


Aku bingung waktu mau ngasih judul buat posting ini, jadi daripada pusing aku bikin saja judulnya jadi “he..he..he..”. Postingan ini memang berisi pengalaman unik, lucu dan menggelitik yang aku dapat dari anak-anak dan juga orang-orang disini. Seperti yang kita tahu, di Mugi ini tidak ada akses darat untuk ke kota dan lokasinya memang sangat terpencil. Pertama aku datang sekolah SD pun muridnya baru sampai kelas 4 saja. Jadi mereka memang hidup dalam kondisi terisolir dan hanya sedikit saja informasi dari luar yang mereka tahu.

Sebagian orang-orang disini memang banyak yang sudah pernah ke kota, baik ke Wamena maupun Jayapura, tapi banyak juga yang belum pernah ke kota sama sekali….terutama para ibu-ibu dan anak-anak. Jadi apa yang mereka tahu sebatas apa yang mereka lihat di sekitarnya saja….atau juga “katanya” orang-orang yang sudah pernah ke kota. Keterbatasan pengetahuan mereka terkadang mengundang kelucuan tersendiri….

Thursday, September 27, 2012

Akhirnya aku punya tetangga

Puskesmas baru (kiri) - rumah dinas paramedis - rumah dinas dokter
Rumah dinasku sebetulnya merupakan komplek Puskesmas. Jadi Lokasi rumah dinasku tuh dekat dengan bangunan Puskesmas baru. Disamping itu, disebelah rumahku juga terdapat bangunan rumah dinas untuk paramedis. Tapi karena satu dan lain hal, kedua bangunan tersebut (Puskesmas baru dan Rumah paramedis) kosong, tidak ada penghuninya. Kalo Puskesmas baru karena dianggap belum beres maka kapusku belum mau menggunakannya. Sedangkan rumah dinas paramedis menjadi kosong karena memang belum ada tenaga paramedisnya. Akhirnya praktis selama ini aku tinggal dikompleks Puskesmas sendirian…ngga ada tetangganya. Tetangga terdekat jaraknya ratusan meter, itupun hanya honai satu-satu….pokoknya sepi banget deh….dan lumayan agak serem sih kalo dibayangkan. Bayangkan saja, dibelakang rumahku tuh masih hutan,

Sunday, September 23, 2012

Arrggghh!! Susahnya mau ngerujuk pasien…


Sulitnya transportasi membuat segala sesuatunya jadi lebih susah. Termasuk juga ketika kita mau ngerujuk pasien. Padahal kalo yang namanya pasien sampe dirujuk…itu berarti pasien tersebut sakitnya sudah terlalu berat dan tidak bisa ditangani di Puskesmas. Dan terkadang juga butuh “dalam tempo yang secepatnya” untuk bisa mengirim pasien jika pasien tersebut berada pada level emergency. Namun apa daya, karena namanya juga di pedalaman dan transportnya hanya bisa memakai pesawat….jadi aja proses rujukan juga jadi susah….kadang sampe tertunda beberapa hari, beberapa minggu…..atau kadang pasiennya  udah keburu meninggal,

Thursday, September 20, 2012

My Own Solar Cell, Finally!


Seperti yang udah aku gambarkan di postingku terdahulu….di Mugi itu tidak ada listrik PLN dan juga Sinyal hape. Jadi mau tidak mau kita harus puas bergelap-gelap ria disini. Gelap karena tanpa lampu….juga gelap karena ngga tau berita-berita yang terjadi diluar sana, karena ngga bisa liat tivi ataupun berkomunikasi pake hape….

Tuesday, September 18, 2012

Mengenal Pesawat Capung.....(part 2)


 Tulisan ini merupakan kelanjutan dari Mengenal Pesawat Capung


Pesawat capung milik AMA

Ok, setelah kita berkenalan dengan pesawatnya sekarang mari kita berkenalan dengan perusahaan penerbangan alias maskapai yang mengoperasikan pesawat-pesawat tersebut. Maskapai-maskapai ini memiliki kantor di Wamena dan melayani penerbangan ke wilayah
sekitarnya, termasuk ke Nduga. Maskapai-maskapai tersebut adalah:



1.      MAF (Mission Aviation Fellowship)
Merupakan maskapai penerbangan non komersial milik lembaga missionaries asing. Maskapai ini terbang secara regular (tetap) ke wilayah-wilayah di sekitar Wamena (meliputi Kab. Nduga, Yalimo, Mamberamo Tengah, Mamberamo Raya, Puncak Jaya, Lanny Jaya, Yahukimo dan daerah-daerah lainnya). Biasanya kalo kita berencana terbang menggunakan jasa MAF, kita harus mengisi formulir permintaan penerbangan pada hari senin atau selasa dan pihak MAF akan membacakan sket (jadwal penerbangan) melalui radio SSB pada hari kamis. Berhubung banyaknya wilayah atau orang yang mengajukan permintaan penerbangan, maka pihak MAF lalu akan mensortir permintaan tersebut, dan yang mendapatkan flight dibacakan dalam pembacaan sket tersebut. Jadwal yang dibacakan merupakan jadwal penerbangan untuk satu minggu kedepan. Dari situlah kita bisa tahu apakah kita mendapatkan flight atau tidak. Jadwal ini juga bisa dilihat melalui papan pengumuman yang ada didepan kantor MAF. Apabila kita belum mendapatkan flight, kita bisa mengajukan permintaan lagi…dan lagi…dan lagi…..begitu seterusnya.

Monday, September 10, 2012

Mengenal Pesawat Capung

Karena tidak memiliki akses jalan darat, maka otomatis pesawat kecil adalah satu-satunya alat transportasi dari Wamena menuju daerah Nduga. Pesawat kecil atau yang di Jakarta orang biasa sebut dengan istilah pesawat capung, ternyata beragam jenisnya. Saking seringnya naik pesawat capung, aku sampai lumayan hapal sama macam-macam jenis pesawat mungil ini…. :)


Dulu, sebelum aku datang ke Papua….aku beranggapan bahwa twin otter lah pesawat terkecil yang biasa digunakan untuk mengangkut penumpang. Ternyata sekarang setelah aku bertugas di Mugi, bahkan twin otter terlalu besar untuk mendarat disini!! Jadi otomatis harus naik pesawat-pesawat yang ukurannya lebih kecil lagi agar bisa mendarat di landasan yang berukuran relatif pendek. Selain itu, pesawat kecil juga bisa lebih lincah “menari-nari”

Saturday, July 28, 2012

Ini Pesawat Bung....Kau Pikir Angkottt??!!



Menunggu……memang merupakan hal yang paling mengesalkan. Apalagi jika menunggu tanpa ada kepastian yang jelas…..mmmm dah pasti sangat menjengkelkan dan terkadang bikin frustrasi…seperti juga pada kejadian yang pernah kami alami beberapa waktu silam…

Kejadian ini berlangsung pada bulan juni 2011, tepatnya beberapa hari setelah Pilkada Bupati Kabupaten Nduga. Beberapa minggu sebelum pilkada, banyak masyarakat yang berada di Kota (Wamena) yang datang berbondong-bondong ke kampung masing-masing, tidak terkecuali juga masyarakat di Darakma (nama lain dari Mugi). Mereka datang menggunakan pesawat carteran dari kandidat bupati maupun dengan cara berjalan kaki selama berhari-hari menyusuri hutan dan gunung-gunung……yup!!! Jalan kaki bung!!!

The Beauty Of Papua


tradisi bakar batu
Papua itu kaya….yup, Papua itu memang kaya banget….kaya akan sumber daya alamnya, kaya akan keanekaragaman hayatinya, kaya akan budayanya dan kaya akan keindahan alamnya. Kalo soal Sumber daya alamnya, kita bisa bicara tentang Freeport dengan site Grasberg-nya yang merupakan tambang emas terbesar di dunia…saya pernah baca sebuah artikel yang bilang kalo dari Rp 120 ton produksi emas RI pertahun,  Rp 100 tonnya dihasilkan dari produksi emasnya PT Freeport…Luar biasa kayanya kan?? (tapi sayang, kekayaan ini kurang bisa dinikmati oleh masyarakat Papua dan Indonesia pada umumnya coz kebanyakan Freeportlah (perusahaan asing asal Amerika) yang menikmati hasilnya). Selain emas, pulau Papua juga kaya akan produksi gas alamnya….cobalah tengok Ladang Gas Tangguh yang ada di Teluk Bintuni, Papua Barat. Produksi gas di Tangguh merupakan yang terbesar di Indonesia (lebih besar dibanding Badak di Bontang Kaltim, Arun di Aceh maupun dari Natuna) --> and again... asing lagi - asing lagi..., tepatnya oleh BP (British Petroleum). Dan mungkin masih banyak lagi potensi kekayaan alam lainnya yang masih belum tergali di tanah ini…. (Tapi jangan dihabiskan ya, jangan juga di kasih ke asing teruuss….ingat anak-cucu …. :) )

Friday, July 27, 2012

Notinggen.....pasien idolaku.....


Bicara soal pasien tindakan, ada satu orang pasien yang jadi idolaku…..Notinggen namanya. Dia masih anak2, umurnya baru sekitar lima tahunan….tapi dia hebat banget menurutku.

Ceritanya waktu itu hari sudah sore dan aku lagi istirahat dirumah. Diluar suasana sedang hujan dan kabut lumayan tebal….pokoknya aku lagi pewe tiduran dikamar di dalam sleeping bagku. Namun tiba2 ada yang mengetuk pintu rumahku….dengan langkah malas, aku berjalan keluar kamar dan membuka pintu depan. Rupanya ada seorang laki2 disitu… (tau wajah tapi ngga tau namanya)

Laki-laki             : ”Pa dok bisa ke Puskesmas kah… ada pasien..”
Aku                    : “Pasien apakah?”
Laki-laki             : “Anak-anak, dokter….dia punya tangan potong…

Tentang Puskesmasku


salah satu kegiatan di Puskesmasku
Puskesmas sejatinya adalah singkatan dari Pusat Kesehatan Masyarakat. Tapi dikalangan para pegawainya kadang juga diplesetkan jadi “PUSing…KESeleo…dan MASuk angin…” :D. Sebetulnya plesetan ini berangkat dari betapa monoton dan kurang variatifnya pasien-pasien yang datang ke Puskesmas, yang dianggap tidak jauh-jauh dari 3 keluhan tersebut…(walaupun sebenarnya jauuhhh lebih variatif dari 3 hal itu…)

Begitu juga pasien-pasien di Puskesmasku….cenderung monoton. Kebanyakan pasien-pasien disini penyakitnya lebih karena faktor lingkungan dan kebiasaan hidupnya, yaitu karena sering kerja fisik yang berat, naik-turun gunung dengan membawa beban hingga mencapai puluhan kilogram, karena tinggal dihonai yang kurang ventilasi dan pengap oleh asap, karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan diri dan lingkungan maupun kebiasaan hidup sehat lainnya. Juga karena kurangnya akses masyarakat untuk mendapatkan sumber-sumber makanan bergizi (karena faktor terisolir, kemiskinan, kurang variatifnya jenis tanaman pangan yang ditanam serta faktor lainnya yang lumayan kompleks).

Makanya mayoritas penyakitnyapun tak jauh dari faktor-faktor diatas. Kalo anak-anak sakitnya kebanyakan batuk-pilek, diare, demam, penyakit kulit serta gizi kurang. Kalo pasien dewasa keluhannya ya paling batuk pilek, nyeri-nyeri dibadan atau persendian, penyakit kulit dan sedikit pasien dengan keluhan malaria. Selama bertugas di Mugi, aku ngga pernah meriksa pasien hamil ataupun menolong persalinan. Karena budaya dimasyarakatku tuh masih kuat….selain karena malu, mereka juga merasa tabu untuk memeriksakan kehamilannya atau ditolong persalinannya oleh dokter laki-laki. Jadi mereka lebih memilih untuk memeriksakannya ke mama Kristina, seorang dukun bayi terlatih yang juga merupakan salah seorang kader di Puskesmasku. Kalo misalnya mama Kristina sedang turun ke kota, tetap aja mereka tidak akan datang sama aku, melainkan memilih untuk ditolong oleh orang-orang tua… lain ceritanya kalo dokternya adalah dokter perempuan, maka mereka tidak akan segan untuk datang. Seperti yang pernah dialami temanku dr Dina Asmuruf….dia pernah membantu beberapa kali persalinan sewaktu di Kenyam.



pasien-pasien di Puskesmas
Walaupun aku suka dengan anak-anak….tapi jujur aja aku bosen dapet pasien anak disini (sehari-hari pasien yang kulayani kebanyakan adalah pasien anak (60 - 80 persen) dan sedikit pasien ibu-ibu serta pasien dewasa lainnya.), apalagi kalo sakitnya batuk-pilek atau sakit non tindakan lainnya….bikin puyer lagi deh. Coba bayangin kalo dalam sehari ada 20-25 pasien anak….berarti bisa-bisa 20 – 25 kali pula kita bikin puyernya. Apalagi karena di Puskesmas aku seringnya kerja sendirian….jadi kerjanya tuh one man for all position gitu…

EXTREME KULINER

 Mungkin aku agak gemblung kali ya, tapi aku emang orangnya senang mengexplore sesuatu… kalo aku datang di suatu tempat, aku inginnya mengetahui atau mencoba sebanyak mungkin hal-hal yang ada didaerah tersebut… Rasanya kurang puas kalo kita datang ke satu tempat dan kita hanya berdiam saja tanpa mengexplore segala sesuatunya, baik itu daerahnya, masyarakatnya, budayanya maupun kulinernya. Apalagi ketika kita berada disuatu tempat yang mungkin hanya once in a lifetime kita datanginnya seperti dipedalaman Papua ini. Berapa besar kemungkinan dalam hidup kita untuk setidaknya sekali saja datang ke pedalaman Papua?? Belum tentu satu kali seumur hidup bukan?? Itulah yang ada dalam pikiranku….makanya mumpung ada disini, ayo kita jadi Dora the Explorer….hehehe…

Monday, July 23, 2012

Susahnya hidup di pedalaman....



Mugi dari udara
Namanya juga bertugas dipedalaman, pastinya kehidupannya pun akan berbeda dengan dikota….sangat-sangat berbeda !!. Apalagi ini adalah pedalaman di Papua, yang notabene merupakan provinsi paling timur dan paling jauh dari ibukota dan memang masih sangat tertinggal. Yang pasti, kondisinya memang sangat memprihatinkan….jauh lebih tertinggal, bahkan dari kampung-kampung yang paling ndeso sekalipun yang ada di wilayah pulau jawa.

SURVIVOR.....merekalah juaranya...

People Of Mugi

 Adaptasi….merupakan salah satu anugrah terbesar yang diberikan Tuhan kepada mahlukNya. Dan manusia adalah salah satu makhluk dengan kemampuan beradaptasi terbaik. Yup! Hanya dengan beradaptasilah kita mampu bertahan dalam kehidupan…..adaptasi dalam pekerjaan, adaptasi dengan masalah, beradaptasi dengan lingkungan yang baru  …dan adaptasi dalam berbagai bidang kehidupan lainnya….

Begitu juga dengan masyarakat di Mugi dan masyarakat dipedalaman Papua lainnya. Kondisi alam dengan medan yang berat….dilingkungan pegunungan…