running text

WELCOME TO MY BLOG...

Friday, July 27, 2012

Tentang Puskesmasku


salah satu kegiatan di Puskesmasku
Puskesmas sejatinya adalah singkatan dari Pusat Kesehatan Masyarakat. Tapi dikalangan para pegawainya kadang juga diplesetkan jadi “PUSing…KESeleo…dan MASuk angin…” :D. Sebetulnya plesetan ini berangkat dari betapa monoton dan kurang variatifnya pasien-pasien yang datang ke Puskesmas, yang dianggap tidak jauh-jauh dari 3 keluhan tersebut…(walaupun sebenarnya jauuhhh lebih variatif dari 3 hal itu…)

Begitu juga pasien-pasien di Puskesmasku….cenderung monoton. Kebanyakan pasien-pasien disini penyakitnya lebih karena faktor lingkungan dan kebiasaan hidupnya, yaitu karena sering kerja fisik yang berat, naik-turun gunung dengan membawa beban hingga mencapai puluhan kilogram, karena tinggal dihonai yang kurang ventilasi dan pengap oleh asap, karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan diri dan lingkungan maupun kebiasaan hidup sehat lainnya. Juga karena kurangnya akses masyarakat untuk mendapatkan sumber-sumber makanan bergizi (karena faktor terisolir, kemiskinan, kurang variatifnya jenis tanaman pangan yang ditanam serta faktor lainnya yang lumayan kompleks).

Makanya mayoritas penyakitnyapun tak jauh dari faktor-faktor diatas. Kalo anak-anak sakitnya kebanyakan batuk-pilek, diare, demam, penyakit kulit serta gizi kurang. Kalo pasien dewasa keluhannya ya paling batuk pilek, nyeri-nyeri dibadan atau persendian, penyakit kulit dan sedikit pasien dengan keluhan malaria. Selama bertugas di Mugi, aku ngga pernah meriksa pasien hamil ataupun menolong persalinan. Karena budaya dimasyarakatku tuh masih kuat….selain karena malu, mereka juga merasa tabu untuk memeriksakan kehamilannya atau ditolong persalinannya oleh dokter laki-laki. Jadi mereka lebih memilih untuk memeriksakannya ke mama Kristina, seorang dukun bayi terlatih yang juga merupakan salah seorang kader di Puskesmasku. Kalo misalnya mama Kristina sedang turun ke kota, tetap aja mereka tidak akan datang sama aku, melainkan memilih untuk ditolong oleh orang-orang tua… lain ceritanya kalo dokternya adalah dokter perempuan, maka mereka tidak akan segan untuk datang. Seperti yang pernah dialami temanku dr Dina Asmuruf….dia pernah membantu beberapa kali persalinan sewaktu di Kenyam.



pasien-pasien di Puskesmas
Walaupun aku suka dengan anak-anak….tapi jujur aja aku bosen dapet pasien anak disini (sehari-hari pasien yang kulayani kebanyakan adalah pasien anak (60 - 80 persen) dan sedikit pasien ibu-ibu serta pasien dewasa lainnya.), apalagi kalo sakitnya batuk-pilek atau sakit non tindakan lainnya….bikin puyer lagi deh. Coba bayangin kalo dalam sehari ada 20-25 pasien anak….berarti bisa-bisa 20 – 25 kali pula kita bikin puyernya. Apalagi karena di Puskesmas aku seringnya kerja sendirian….jadi kerjanya tuh one man for all position gitu…
dari mulai mencatat data pasien, menanyai (anamnesis) pasien, meriksa pasien….sampe meracik obat, nyerahin serta menjelaskan cara minum obatnya juga. Pokoknya komplit deh capenya….makanya lama-lama jadi jenuh juga….

Sebetulnya di Puskesmasku tuh ada beberapa pegawai, diantaranya seorang kepala puskesmas (Pa Marthen), dua orang mantri (Pa Yonathan & Pa Yonias), dan 4 orang kader kesehatan (termasuk mama Kristina, istri dari Pa Yonathan). Mereka semua tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan secara formal…..mereka hanya pernah di didik membaca, menulis dan mengobati orang sakit oleh Missionaris asing yang datang ke Nduga sekitar tahun 1970an. Di awal-awal aku datang ke Mugi mereka rajin sih datang ke puskesmas dan bantuin aku….terutama sebagai penerjemah. Tapi lama kelamaan mulai hilang satu-persatu…mereka udah ngga pernah datang lagi ke Puskesmas. Apalagi setelah aku lumayan bisa bahasa Nduga dan bisa menganamnesis pasien secara langsung….ya bubarlah akhirnya mereka, termasuk juga kepala Puskesmasku.

Alasannya macam-macam….kalo Kapus itu karena dia terlalu sibuk diluar. Selain sebagai kepala Puskesmas, dia juga merangkap sebagai agen penerbangan dan juga yang megang radio SSB. Otomatis dia selalu sibuk di radio SSB setiap pagi dan sore. Kalo pesawat datang dia pula yang lapor cuaca dan atur penumpang yang berhak naik pesawat. Kadang juga alasannya karena sibuk mencari makanan buat babi peliharaannya atau juga karena sibuk mencari kayu bakar….pokoknya macam-macam deh alasannya. Apalagi karena dia juga dianggap sebagai salah satu tokoh disini, makin sibuk deh dia diluar. Coz, kalo ada kegiatan atau masalah ditengah-tengah masyarakat, mereka kerap melibatkan kapusku juga buat menanganinya.

Kalo anak buahnya lain lagi alasannya. Ada yang karena sudah tua dan sakit-sakitan, ada yang karena alasan mengurus suami yang sakit, atau ada juga yang memang karena pemalas dan lebih sering keluar ke kota. Tapi alasan yang paling mengemuka sih karena alasan uang. Sering mereka curhat ke aku soal kapus yang ngga transparan dan mereka menuduh kapus sering menggelapkan uang operasional Puskesmas. Bahkan gara-gara masalah uang ini sampe beberapa kali terjadi keributan antar pegawai dengan kapus, akibatnya beberapa kaca nako di Puskesmaspun sampe pecah gara-gara ada mantri yang ngamuk-ngamuk di Puskesmas. Pernah juga pas acara bakar batu seorang kader mengamuk dan mengacung-acungkan parang ke istri kapus yang juga merupakan seorang kader Puskesmas. Wahh…sempet menegangkan banget waktu itu, karena keluarga dari pihak kapus juga  mulai terpancing emosinya dan mereka sudah pada posisi siaga semua. Padahal pas bakar batu itu banyak banget orang, dan mereka itu kalo kemana-mana selalu bawa panah, kampak atau parang….jadi kebayang kan betapa seremnya kalo sampai pecah keributan….(Orang Nduga itu memang keras sifatnya, sering banget mereka tu ribut-ribut….kadang hanya karena masalah sepele…). Aku waktu itu refleks aja melerai dan menenangkan kader puskesmasku yang mengamuk itu….untungnya keributan masih bisa diredam karena banyak orang juga yang kemudian berusaha melerai.

Ya begitu deh….kalo urusan uang itu kadang emang suka bikin ribet….duit = ribut….makanya bikin males banget kalo udah urusan duit. Akupun suka ngga ambil pusing masalah duit ini….walaupun ada hak-hak dokter (jamkesmas dan jasa medik) yang sama sekali ngga nyampe ke aku…tapi ya biarlah…daripada jadi ribut. Paling aku hanya ngandelin insentif dari daerah saja….

Para kader dan mantri tu kalo hari-hari biasa pada males ke puskesmas, tapi kalo udah giliran ada kegiatan program yang ada honornya (misalnya BOK), baru deh mereka mau kerja … (ya, ngga bisa seratus persen disalahin juga sih…)  Kalo abis melakukan kegiatan, semua mendapat honor kegiatan, termasuk juga dokternya. Memang kalo dibandingkan honor yang didapat dokter PTT di Kabupaten tetangga, honor yang aku dapet ini lebih kecil sih…kurang dari separuhnya. Tapi tetap harus bersyukur atas rezeki yg kita dapat...berapa yg kita dapat, berarti itulah rezeki kita.

Kalo bicara soal pasien, aku lebih suka sama pasien-pasien yang butuh tindakan….aku lebih senang kalo harus menjahit luka, memasang infus atau biarpun hanya sekedar membalut verban, dibanding pasien biasa yang tidak butuh tindakan. Tapi sayangnya di Mugi ini aku jarang banget dapat pasien tindakan,  apalagi di masa-masa awal dulu. Dalam sebulan atau dua bulan paling hanya ada 1 - 3 pasien tindakan, seringnya malah tidak ada sama sekali… Tapi kalo enam bulan terakhir ini sih lumayan meningkat jumlahnya.
 
Kenapa aku suka pasien tindakan??? karena aku lebih suka pekerjaan yang terlihat secara nyata, dan langsung bisa dirasakan hasil/manfaatnya oleh pasien. Contohnya seperti dibawah ini
...
Ada pasien luka....perlu di jahit.
Sat...set...sat...set...
Selesei deh... :)

Berhubung fasilitas di Puskesmas yang sangat minim, seringkali aku harus bekerja dengan peralatan seadanya. Terkadang kalau harus menjahit pasienpun, biasanya aku lakukan sambil pasiennya ndlosor dilantai puskesmas…. (karena tidak ada bed untuk pasien). Selain minim peralatan, obat-obatanpun jenis maupun jumlahnya sangat terbatas. Bahkan sepanjang tahun 2011, tidak ada kiriman obat sama sekali dari pihak dinas kesehatan. Entah kenapa mereka tidak mengirimkan obat, padahal seharusnya tiap tahun ada minimal satu kali pengiriman obat ke Puskesmas-puskesmas. Padahal anggaran untuk mengirim obat tu lumayan besar lho…karena di Nduga ini, pengiriman obat ke Puskesmas harus menggunakan pesawat yang dicarter dengan harga puluhan juta untuk sekali terbang. Untunglah waktu itu ada dana RESPEK  untuk desa-desa, dan sebagian diantaranya mereka alokasikan untuk membeli obat-obatan. Akhirnya kita gunakanlah obat-obatan tersebut untuk pasien-pasien di Puskesmas.

Pasien terpaksa harus ndlosor di lantai...
Birokrasi di dinkes Nduga, ngga beda jauh dengan daerah-daerah lain disekitarnya…kacau...bahkan mungkin lebih parah!! Makanya jadi dokter PTT di Nduga benar-benar besar tantangannya….selain harus menghadapi medan yang berat, masyarakat yang berkarakter keras dan birokrasi dinkes yang bikin ngelus dada...😌


 Memang begitulah tantangan dokter PTT di Nduga….ribet banget. Tapi namanya juga kehidupan, pasti ada suka-duka dan lika-likunya….dan itulah yang membuat hidup kita jadi lebih berwarna…seperti yang dibilang oleh Agnes Monica di sebuah iklan: ….life is never flat!!

Terlepas dari segala kesulitan yang ada, aku sendiri enjoy berada disini. Mungkin karena aku ngga suka ambil pusing….atau lebih tepatnya aku berprinsip:…Pilahlah masalahmu, tidak semuanya perlu ditanggapi atau kamu hanya akan membuat hidupmu menjadi tidak nyaman…. (Sok bijak banget ya ….hehehe.. :p)



ISTILAH :

RESPEK   :    Singkatan dari Rencana Strategis Pembangunan Kampung. Sebuah program bantuan pendanaan oleh Pemprov untuk pembangunan di kampung-kampung di Papua. Biasanya digunakan untuk pembangunan Fasilitas umum, fasilitas sosial atau lainnya....


6 comments:

  1. Kepala Puskesmasnya dokter? Orang mana?
    Cerita2nya menarik, dijadikan buku asik juga kayaknya.

    ReplyDelete
  2. Bukan dokter, dia orang asli sini dan lulusan ex-misi yaitu orang yg dididik baca, tulis dan merawat orang sakit oleh missionaris barat puluhan tahun yg lalu.

    Hehe...terlalu sedikit tulisannya tuk dijadikan sebuah buku mba, biarlah cukup menjadi sebuah blogspot saja.
    Tujuannya jg cm buat sharing mba....syukur2 bisa nambah motivasi teman2 yg kepingin datang ke papua. Karena dulu juga saya bertambah motivasi buat datang ke papua stlh baca blog seorang dokter yg menceritakan kehidupan pttnya dipapua....hehe

    ReplyDelete
  3. Sedikit, lama lama jadi bukit tho.

    ReplyDelete
  4. Salut banget sama Pak Dokter satu ini. Saya awalnya hanya nyari jenis-jenis pesawat kecil akhirnya baca tuntas pengalaman Anda. So amazing...Tak semua bisa punya kesempatan punya pengalaman seperti Anda. Sekarang masih PTT kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga bersyukur bisa dapat pengalaman seperti di Nduga ini mba....beyond my expectation sebenarnya... :)

      sekarang sudah ngga mba.

      Delete