running text

WELCOME TO MY BLOG...

Friday, July 27, 2012

Notinggen.....pasien idolaku.....


Bicara soal pasien tindakan, ada satu orang pasien yang jadi idolaku…..Notinggen namanya. Dia masih anak2, umurnya baru sekitar lima tahunan….tapi dia hebat banget menurutku.

Ceritanya waktu itu hari sudah sore dan aku lagi istirahat dirumah. Diluar suasana sedang hujan dan kabut lumayan tebal….pokoknya aku lagi pewe tiduran dikamar di dalam sleeping bagku. Namun tiba2 ada yang mengetuk pintu rumahku….dengan langkah malas, aku berjalan keluar kamar dan membuka pintu depan. Rupanya ada seorang laki2 disitu… (tau wajah tapi ngga tau namanya)

Laki-laki             : ”Pa dok bisa ke Puskesmas kah… ada pasien..”
Aku                    : “Pasien apakah?”
Laki-laki             : “Anak-anak, dokter….dia punya tangan potong…
(terkadang orang disini biasa menyebut tangan atau kaki potong….padahal pas dilihat hanya luka saja)”

(sebetulnya aku agak males harus pergi ke Puskesmas lagi sore itu, apalagi karena Puskesmasnya lumayan jauh dari rumahku (500 m), mana udah sore dan hujan pula…tapi setelah mendengar kata “tangan potong” aku jadi bersemangat coz itu berarti….pasien tindakan!!)

Aku                    : “Iyo? Potong bagaimana kah?”
Laki-laki             : “Dia punya tangan kena parang….baru potong disini…” (jelasnya sambil menunjuk punggung tangannya)
Aku                    : “Ok, kalo begitu tunggu dulu e..”

Akupun bergegas ganti baju dan mengambil potongan tripleks untuk dijadikan payung. Setelah mengunci pintu, akupun jalan menuju Puskesmas dibawah bersama orang tersebut. Di sepanjang perjalanan aku menanyakan mengenai luka dan bagaimana kronologisnya hingga anak tersebut bisa terluka. Syukurlah orang ini lumayan bisa berbahasa Indonesia, sehingga akupun ngga susah nanyanya… dari penjelasan orang ini aku mengetahui kronologis dan gambaran lukanya. Rupanya ada saudara sepupu anak ini yang masih berusia sekitar 11 tahun  bermain-main dengan parang….entah bagaimana kejadiannya, tetapi parang tersebut kemudian mengenai tangan anak ini dan menyebabkan tangannya terluka.


Lukanya cukup besar
Selang beberapa menit kemudian, akupun tiba di Puskesmas. Ada beberapa orang yang berkerumun disana, memang tidak terlalu banyak…mungkin karena sudah sore dan juga hujan (padahal kalo ada pasien luka-luka biasanya banyak orang2 yang berkerumun menonton). Setelah aku masuk ke dalam Puskesmas, rupanya di sana sudah ada kepala Puskesmasku, pasien tersebut, ibu dan ayah si pasien. Dari situlah aku bisa lihat bahwa ternyata pasiennya itu adalah si Notinggen, salah satu murid TK di Mugi. Luka ditangannya cukup lebar, apalagi jika dibandingkan dengan ukuran tangannya yang masih kecil….darah segar tampak masih mengalir dari lukanya. Orang-orang, terutama mama-mama dan anak-anak pun bergumam ngeri melihat lukanya….tapi Notinggen sendiri tampak begitu tegar. Tidak terlihat sedikitpun gurat rasa kesakitan di wajahnya. Dia tidak menangis dan nampak begitu tenang…..
Akupun menyiapkan semua alat dan bahan yang aku butuhkan untuk menjahit luka tersebut. Kemudian dengan dibantu kepala puskesmas sebagai asistenku, akupun “mengerjakan” pasienku ini. 

 
Pertama-tama aku bersihkan kulit disekeliling luka tersebut. Aku bersihkan dengan cairan aqua bidest dan kassa, lalu aku lap dengan alcohol swab (kapas alkohol). Sebelum aku membersihkan bagian dalam lukanya, aku suntik sekeliling lukanya dengan cairan anestesi (penghilang rasa sakit). Hebatnya, selama aku menyuntik sekeliling lukanya, dia tidak menunjukkan rasa sakit atau menangis sama sekali! Selesai menyuntikkan anestesi, aku menunggu sebentar agar obat anestesinya mulai bekerja. Setelah beberapa waktu, aku mulai mengetesnya. Dengan menggunakan sebuah pinset, aku jepit kulit ditepi lukanya dan melihat reaksi wajah Notinggen.

Andi (sakit) ?”, tanyaku
Lak (tidak)”, jawab Notinggen

Akupun mencoba menjepit di titik-titik lain disekeliling lukanya…

Andi ‘o lak (sakitkah tidak) ?”, tanyaku lagi
Lak “, jawabnya

Setelah memastikan bahwa obat anestesinya telah bekerja, akupun melanjutkan membersihkan lukanya. Kali ini aku membersihkan bagian dalam lukanya. Karena sudah diberi anestesi, akupun lebih leluasa dalam membersihkan bagian dalam luka, tanpa khawatir pasiennya akan kesakitan. Dengan cara ini bisa memberikan dua keuntungan, pertama kita bisa membersihkan lukanya secara lebih baik dan pasienpun merasa lebih nyaman (ngga kesakitan).


Selesai membersihkan luka, akupun mulai menjahit lukanya. Tusukan demi tusukan jarum menembus kulitnya, tapi Notinggen tampak tidak kesakitan sama sekali. Walaupun sudah dilarang oleh aku dan juga ayahnya, tapi beberapa kali Notinggen sempat menoleh ke arah lukanya….dan setiap kali dia melihat lukanya, tak tampak wajah kesakitan ataupun takut melihat luka ditangannya tersebut. Dia tetap tampak tegar dan begitu tenang…seolah tidak merasakan apapun….Wahh, hebat banget anak ini!! Padahal pasien2 yang aku jahit sebelumnya, terutama pasien anak dan pasien perempuan…tak ada yang setegar dan setenang Notinggen ini. Padahal usia mereka jauh diatas Notinggen.
Wajahnya begitu tenang, seolah tak merasakan apapun..!

Tidak menangis sedikitpun...
Dengan dibantu Pak Marthen sebagai asistenku, akhirnya lukanya berhasil aku tutup. Aku jahit bagian dalam (jahitan dalam) dengan benang jenis catgut dan untuk menutup lukanya (jahitan luar) aku menggunakan benang jenis silk. Aku lupa berapa total jahitannya, mungkin sekitar 10 – 13 jahitan kali (lupa!). Selesai dijahit, lukanya aku bersihkan, lalu aku tutup dengan kassa yang sudah dibasahi betadin dan kemudian aku balut dan aku pasang spalk juga agar tangannya terfiksasi sehingga meminimalisir gangguan terhadap lukanya. Aku kemudian memberi obat kepada ayahnya, memberi beberapa nasehat tentang perawatan lukanya dan menyuruhnya untuk kontrol tiga hari kemudian. Setelah dianggap mengerti, merekapun aku perbolehkan pulang….


Alhamdulillah, rupanya orang tuanya patuh, sehingga tiga hari kemudian Notinggenpun datang kontrol dengan ditemani ibunya. Aku melihat kondisi jahitan dan lukanya, sekaligus juga mengganti kassa dan verban pembalutnya. Begitulah seterusnya, setiap selang beberapa hari aku suruh mereka control untuk mengganti verban dan juga menambah obat jika sudah habis.


Selang dua minggu kemudian rupanya si Notinggen sudah tidak pernah datang kontrol lagi. Selidik punya selidik ternyata karena kedua orang tuanya sibuk mengurus kebun mereka. Well, sempat kecewa juga sih….tapi aku tetap berharap Notinggen bakalan datang untuk kontrol lagi. Beberapa hari kemudian, seperti biasa aku berangkat ke puskesmas. Tapi baru beberapa langkah dari rumah tiba-tiba aku malah ingin main ke atas, ke rumah ibu guru Eta (Mama Ezra). Ah, paling Puskesmas sepi, apalagi sekarang masih pagi…mending main dulu keatas, liat prosotan dan tempat permainan anak TK yang baru…begitu pikirku waktu itu. Maka mainlah aku ke gereja di atas. Kebetulan belum ada bangunan sekolah TK di Mugi, jadi anak2 TK untuk sementara menggunakan halaman gereja untuk tempat bermain mereka…dan gedung distrik untuk tempat belajar mereka.


Di halaman gereja aku lihat anak2 dengan ditemani ibu guru Eta sedang asyik bermain dengan mainan baru mereka. Ada yang main prosotan, ayunan, jungkat-jungkit maupun permainan lainnya. Rupanya diantara anak-anak yang sedang bermain tersebut, aku lihat ada Notinggen…langsung saja aku panggil dia. Dia pun datang mendekat, kemudian aku periksa balutan tangannya. Haduhh....perbannya tampak begitu kotor….tapi nampaknya lukanya sudah kering dan Notinggen tidak menampakkan kesakitan waktu lukanya tersebut aku pegang dan sedikit ditekan.


buka verban
Aku putuskan untuk membuka verbannya saat itu juga, tidak menunggu nanti di Puskesmas. Soalnya kalo ditunda2 takutnya nanti Notinggen tidak datang lagi, karena jarak dari gereja ini ke Puskesmas cukup jauh, sekitar 800 meter. Aku meminta anak dari ibu guru Eta yaitu Ezra (5 tahun) untuk mengambil gunting dirumahnya.  Setelah gunting datang, dengan disaksikan teman2nya yang antusias…..akupun membuka verban yang membalut tangan Notinggen tersebut. Aku buka verbannya lapis demi lapis….emm, kotor sekali verbannya…(ya maklumlah namanya juga anak gunung, mainnya suka sembarangan… :)  )
Setelah lapisan terakhirnya terbuka, aku bisa lihat bekas luka di tangannya…. Alhamdulillah ternyata lukanya sudah kering…dan lukanyapun sudah menutup dengan baik….ahh, lega juga rasanya melihatnya….

Ya….itulah Notinggen, pasien idolaku. Seorang anak kecil yang pemberani, tahan sakit dan tidak cengeng…. Ketegaran dan ketenangannya membuatku salut…..Bravo Notinggen!!! :)

(Feb 2012)

4 comments:

  1. Keren bgt yh pengalaman mu ad(y),salut dh buat tmn2 seperjuangan Ɣªήğ Gɑ̤̈ tkt ditmpt kan didaerah y bbeda 360• Dr daerah asal:)
    Sukses slalu y....
    Ditunggu L̲̮̲̅͡å9î pengalamn seru lainny:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih atas kunjungan dan komentarnya di Blog ini Dhona...

      iyo, aku udah siapin beberapa cerita lainnya...dan aku juga udan menjadwal postingan tersebut, jadi bisa tetep posting di blog biarpun aku lagi di pos atau lagi ga bisa OL.

      tunggu aja cerita-cerita berikutnya....n....jangan lupa sering2 aja mampir ke blogku yang baru seumur jagung ini... :)

      Delete
  2. sukses ad buat blognya, klo boleh di share pengalamannya di group yahooo alumni, udah join belum add? join aja di alumnifkuii-subscribes@yahoogroups.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih hen...

      Aku susah online hen, di pos ngga ada sinyal, di kota wamena juga sinyalnya ampun-ampunan...kalo mau online yang berat2 kudu via waenet hen...

      Monggo hen, kalo mau di share mah....siapa tau ada temen-temen yang tertarik buat PTT di Papua juga.... :)

      Delete