Karena tidak memiliki akses jalan darat, maka otomatis
pesawat kecil adalah satu-satunya alat transportasi dari Wamena menuju daerah Nduga.
Pesawat kecil atau yang di Jakarta
orang biasa sebut dengan istilah pesawat capung, ternyata beragam jenisnya.
Saking seringnya naik pesawat capung, aku sampai lumayan hapal sama macam-macam jenis
pesawat mungil ini…. :)
Aku ngga terlalu banyak tahu
tentang pesawat ini, karena emang belum pernah naik… :) tapi setahu aku
pesawat ini memiliki daya angkut sekitar 18 – 20 orang penumpang. Disamping
itu, pesawat ini membutuhkan landasan yang agak panjang untuk take off ataupun landing, sehingga pesawat ini tidak bisa mendarat di Mugi. Di Nduga
sendiri hanya Landasan di Kenyam (ibukota) saja yang bisa didarati pesawat
jenis ini.
Pesawat ini merupakan buatan
Cessna, Amerika. Aku pernah baca di body pesawat caravan milik MAF, tertulis
dibuat oleh “Cessna Aircraft Company, Wichita, Texas”.
Nama seri lengkapnya sebetulnya “Cessna
B208 Grand Caravan”, namun biasa kita sebut dengan caravan saja. Pesawat
ini memiliki daya angkut 1, 1 ton alias 1.100 kg (for passengers and cargo only, not including pilot and fuel). Mungkin
sebetulnya daya angkut pesawat tersebut bisa lebih banyak, tapi mungkin demi
alasan keselamatan, maka kapasitasnya dibatasi hingga 1, 1 – 1,
150 ton saja..
Di bodynya tertulis “Manufactured by Pacific Aerospace PAC, Hamilton, New
Zealand”. Jadi mungkin nama PAC ini
merupakan singkatan dari nama pabrik pembuatnya di Selandia Baru sana… daya
angkutnya sama dengan caravan, yaitu 1,1 ton tapi kabin pesawat ini lebih kecil
karena bodinya memang lebih ramping dibanding caravan. Jadi walaupun daya
angkutnya sama, tapi daya muat PAC secara volume masih kalah dibanding caravan.
Nama lengkapnya adalah Pilatus
Porter, daya angkutnya 800 kg. Pesawat ini bisa mendarat di landasan pendek
sehingga bisa melayani di semua landasan yang ada di Nduga. Kapasitas kursi
penumpang 7 orang.
Dibuat oleh “Quest Aircraft Company” (ngga tau deh dari negara mana). Bodynya
mirip dengan caravan, tapi berukuran lebih kecil. Daya angkutnyapun lebih
sedikit, sekitar 600-700 kg. perbedaan lain dibanding caravan, Kodiak tidak
punya “perut” alias bagasi dibagian bawah bodynya.
(update: aku dah lihat di pesawat Kodiak terbaru milik MAF ternyata Kodiak ini dibuat oleh Quest Aircraft Company, Sandpoint USA dan Pesawat Kodiak yang baru ini sudah ada perutnya alias Cargo Pod-nya. Kabar yang aku dengar sih, MAF Wamena berencana mengganti semua Cessna kecil dengan pesawat jenis ini. Alasannya karena Kodiak ini mempunyai kapasitas yang lebih besar dan memiliki kemampuan untuk mendarat di landasan yang relatif pendek, jadi bisa mendarat di hampir semua landasan yang ada di daerah pegunungan tengah Papua.) -April 2013-
#thanks juga untuk 'Basket Melawi' atas tambahan infonya.... :)
Ada beberapa Cessna kecil yang ada disini,
kesemuanya milik MAF. Kapasitasnya ada yang 320 kg (PK-MAU), 380 kg (PK-MPO)
dan 400 kg (PK-MPZ). Aku pernah naik Cessna yang paling kecil alias
PK-MAU….alamak kecil banget dalamnya. Waktu itu penumpang ada 4 orang…1 orang
di kursi depan (kursi co-pilot) dan 3 penumpang lainnya plus barang ada di
belakang. Tadinya aku pikir naik pesawat super mungil kayak PK-MAU ini bakal
banyak “goyang” di udara…ternyata tidak! Dua kali aku naik pesawat ini dan
semuanya muluss…bahkan “goyangannya” lebih sedikit dibanding pesawat capung
dengan ukuran diatasnya, padahal waktu itu cuaca di atas juga agak kurang bagus
lho...
Sensasi naik pesawat capung emang
beda banget dibanding naik pesawat besar macam boeing atau airbus yang biasa
dipakai maskapai penerbangan nasional (garuda, lion, dsb). Bedanya adalah
karena pesawat kecil bisa terbang rendah, lebih lincah, kadang kita juga bisa
duduk didepan….jadi kita berasa seperti jadi co-pilot gitu... Apalagi ketika
pesawat terbang rendah dan meliuk-liuk diantara celah-celah pegunungan, kita
bisa melihat dengan lebih jelas pemandangan sepanjang perjalanan berupa hutan,
danau, gunung-gunung, sungai dan juga air terjun….(asyik banget kan?!) Pokoknya naik pesawat kecil memang beda lah
sensasinya….semua ini berkat PTT di Nduga….Nduga memang oye..!! :D
Tapi semua itu bukannya tanpa
resiko, malah high risk sih kalo
menurutku. Medan
yang berat berupa gunung2 tinggi ditambah cuaca yang sering berubah bisa
menjadikan tantangan tersendiri. Sepanjang pengetahuanku, selama tahun 2011
terdapat 6 kecelakaan pesawat (ini yang betul2 jatuh, belum termasuk yang
tergelincir dan lain2). Dan dari 6 kecelakaan tersebut, dua diantaranya terjadi
terhadap pesawat yang terbang menuju Nduga. Yang pertama adalah helicopter TNI
yang jatuh ketika akan mendarat di Mapenduma, dan yang kedua adalah pesawat
jenis Caravan milik Susi Air yang terbang dari Wamena menuju Kenyam tapi
kemudian jatuh di perjalanan (di daerah Pasema, Kab Yahukimo). Empat kecelakaan lainnya yaitu Pesawat Merpati yang
jatuh di Kaimana, pesawat AMA yang gagal take
off dan kemudian jatuh di Kab. Pegunungan Bintang, dan Pesawat Susi Air
yang jatuh di Kab Intan Jaya. Sedangkan satu kecelakaan lainnya melibatkan pesawat jenis Pilatus milik Yajasi yang jatuh di Kab. Yalimo.
Dulu, sebelum aku datang ke Papua….aku beranggapan bahwa
twin otter lah pesawat terkecil yang biasa digunakan untuk mengangkut
penumpang. Ternyata sekarang setelah aku bertugas di Mugi, bahkan twin otter
terlalu besar untuk mendarat disini!! Jadi otomatis harus naik pesawat-pesawat
yang ukurannya lebih kecil lagi agar bisa mendarat di landasan yang berukuran
relatif pendek. Selain itu, pesawat kecil juga bisa lebih lincah “menari-nari”
alias bermanuver diantara celah-celah pegunungan yang ada disini…
alias bermanuver diantara celah-celah pegunungan yang ada disini…
Di Kab. Nduga sendiri pada awalnya terdiri dari delapan
distrik dan masing-masing memiliki landasan pesawat sendiri (kalo sekarang sih jumlah distriknya udah
banyak karena dimekarkan, Distrik Mugi sendiri sekarang dimekarkan jadi 3
distrik). Terkadang satu distrik bisa memiliki lebih dari satu landasan.
Misalnya di distrik Mapenduma, karena wilayahnya yang luas, maka orang-orang
yang berada jauh dari ibukota distrik berinisiatif membuat landasan agar
pesawat bisa masuk dan memudahkan trasportasi orang maupun barang ke wilayah
mereka. Tak heran jika distrik Mapenduma kemudian memiliki 3 buah landasan
pesawat, yaitu di ibukota distrik, di kampung Paro dan yang terbaru adalah di
kampung komoroam (koroptak).
Dari berbagai landasan yang ada di Nduga, hanya satu
landasan yang bisa didarati oleh pesawat twin otter, yaitu di ibukota kabupaten
(Kenyam). Lalu ada dua landasan yang bisa didarati oleh pesawat caravan,
pesawat yang satu tingkat lebih kecil dari twin otter, yaitu Darakma (Mugi) dan
Paro. Sedangkan landasan sisanya, karena terlalu pendek, maka hanya bisa
didarati oleh pesawat yang berukuran lebih kecil lagi yaitu jenis pilatus
porter ataupun Cessna kecil. Kalo landasannya bisa didarati pesawat besar,
otomatis pesawat-pesawat yang lebih kecil juga bisa mendarat disitu, jadi bisa
lebih ramai penerbangannya, contohnya di Kenyam.
Bingung dengan istilah-istilah pesawat diatas?? Baiklah…aku akan coba untuk menjelaskannya kepada para sobat pembaca blog ini sekalian…. :)
Yang akan aku jelaskan disini adalah jenis-jenis pesawat
kecil yang melayani penerbangan di wilayah Nduga. Secara umum, pesawat yang
terbang ke Nduga juga melayani penerbangan kewilayah-wilayah lainnya yang ada
di daerah Pegunungan Tengah Papua ini. Namun ada beberapa maskapai yang terbang
ke kabupaten lain, tapi tidak terbang ke Nduga (kalaupun terbang, amat sangat
jarang sekali).
Ok, tanpa banyak kata mari kita mulai saja tour pesawat kita
kali ini…. :)
- Twin Otter
Twin Otter @ Kenyam |
- Caravan
Caravan Susi Air PK-VVE ( skrg sudah R.I.P) |
kursi untuk penumpang biasanya
terpasang 9 - 10 buah (maksimal), namun kalo barang yang dibawa banyak…biasanya
kursi penumpang akan dicopot sebagian atau bahkan semuanya.
Aku dan temenku pernah iseng-iseng
nanya ke pimpinan AMA Wamena dan juga ke pilotnya Susi Air….
berapakah harga sebuah pesawat
Caravan??
Dan jawaban mereka adalah…………2,3 –
2,5 juta dollar amerika!!
Kalo kurs dollar sekarang sekitar
9.500…..silakan kalikan sendiri deh hasilnya…..aku mah suka pusing kalo liat
angka yang kebanyakan nolnya….. :D
- PAC
PAC milik AMA (sudah R.I.P) |
Yang unik dari pesawat PAC ini
adalah pintu untuk pilotnya yang model naik ke atas (gull wing), mirip pintu mobil sport ala Ferrari ataupun
Lamborghini gitu. Selain itu, sayap pesawat ini letaknya dibagian bawah bodi
dan melengkung diujungnya. Jadi kalo diliat-liat, desain PAC ini memang agak
“nyeleneh” dibanding desain pesawat capung lain pada umumnya.
- Pilatus
Pilatus Porter milik Susi Air |
Pesawat ini relatif lebih lincah dibanding
caravan, mungkin karena bodynya lebih kecil dan lebih ringan. Menurut Claire, salah
seorang pilot Susi Air asal New
Zealand, dia lebih suka bawa pilatus ini dibanding
caravan karena di udara pilatus ini bisa naik secara lebih cepat (lebih lincah).
Dan juga aku pernah lihat seorang pilot AMA, bisa take off pilatusnya di Mugi
hanya dengan “berlari” sejauh 150 meter saja!!
- Kodiak
Kodiak milik MAF |
(update: aku dah lihat di pesawat Kodiak terbaru milik MAF ternyata Kodiak ini dibuat oleh Quest Aircraft Company, Sandpoint USA dan Pesawat Kodiak yang baru ini sudah ada perutnya alias Cargo Pod-nya. Kabar yang aku dengar sih, MAF Wamena berencana mengganti semua Cessna kecil dengan pesawat jenis ini. Alasannya karena Kodiak ini mempunyai kapasitas yang lebih besar dan memiliki kemampuan untuk mendarat di landasan yang relatif pendek, jadi bisa mendarat di hampir semua landasan yang ada di daerah pegunungan tengah Papua.) -April 2013-
#thanks juga untuk 'Basket Melawi' atas tambahan infonya.... :)
- Cessna
Cessna kecil (PK-MAU) |
Itulah tadi beberapa jenis pesawat
capung yang terbang ke wilayah Nduga. Sebetulnya ada satu lagi jenis pesawat
yang terbang ke wilayah Nduga, yaitu helicopter. Namun karena heli tidak
termasuk jenis pesawat capung, makanya ngga aku masukkan dalam penjelasan
diatas. Heli ini biasanya terbang ke wilayah-wilayah sulit yang tidak
terjangkau pesawat-pesawat diatas, misalnya karena tidak ada landasan pesawat
didaerah tersebut.
Heli TNI yg jatuh di Mapenduma |
Resiko PTT disini memang besar.
Selain karena masih merupakan daerah rawan, juga resiko diperjalanannya (karena
harus menggunakan pesawat)….sehingga aku hanya bisa berdoa dan berharap semoga
Tuhan selalu melindungi dan memberikan keselamatan kepadaku selama menjalankan
tugas sebagai dokter PTT di Kabupaten Nduga ini….amin.
mantab bro fuad bolangger nih....
ReplyDeleteThank you mas bro....
ReplyDeleteDirimu pernah ke ujung barat, aku ke ujung timur pak....hehehe..
halo. sy lagi cari cari foto pesawat MAF, dan ga sengaja masuk ke sini. :)
ReplyDeletemungkin bisa saya koreksi sendiri, untuk nomor 6, itu adalah Cessna 206 Stationaire, baik PK-MAU, PK-MPZ maupun PK-MPO, semua tipe nya sama dan punya kapasitas yang sama. yang membedakan mungkin dari mesin nya, ada yang pake turbocharged, ada yang tidak. sedangkan kapasitas tempat duduk maksimal 6 orang termasuk pilot.
kemudian Quest Kodiak, pesawat ini pesawat baru lho, mempunyai kapasitas 9 penumpang dan berat muatan 1.6 ton. pesawat ini mirip dengan Caravan, hanya mempunyai kemampuan STOL (Short Take Off & Landing) yang lebih baik dibanding caravan. Kodiak sekarang sudah ada 'perut' atau cargo pod seperti Caravan, karena sertifikasi nya baru dikeluarkan baru baru ini. :)
gitu ajah...semoga bermanfaat.
salam
salam kenal pak,,,
Deleteterima kasih atas tambahan infonya, sangat bermanfaat sekali.
Nampaknya anda sangat mengenal sekali teknis spesifikasi dari pesawat capung ya.... :)
mungkin anda benar tentang spesifikasi teknis pak, dan jujur saja saya tidak mengetahuinya sebaik anda.... :)
tentang perbedaan daya angkut pesawat cessna, pihak MAF di Wamena memang membedakan daya angkutnya pak, mgkn karena alasan perbedaan mesinnya itu pak...Wallahualam.
tentang kapasitas pesawat. saya juga merasa bahwa sebetulnya kapasitas angkut pesawat2 tersebut bisa lebih banyak, tapi mungkin karena pertimbangan safety/keamanan makanya oleh pihak maskapai kapasitasnya dibatasi jauh dibawahnya....(mgkn karena medan dipegunungan tengah Papua memang berat dan rawan kecelakaan, FYI...sepengetahuan saya, sepanjang 2011 ada 6 kali kecelakaan pesawat di tanah Papua dan kebanyakan terjadi di wilayah Pegunungan Tengah Papua).
terima kasih atas kunjungannya ke blog saya pak, keterangan anda sangat bermanfaat sebagai tambahan informasi bagi saya dan para pembaca yang lain.... :)
Salam
Keren dah T.O.P bgt dah, jadi bikin saya semangat buat jadi pilot thanks vroh :)
ReplyDeleteOk, trima kasih bro....semoga sukses dalam mengejar cita-citanya menjadi seorang Pilot..
Deletesiiipppppppppppp
ReplyDeleteterima kasih pak ganang..
DeleteSedikit koreksi lagi,sekarang MAF tidak lagi memakai cessna 206 melainkan hanya memakai 2 jenis pesawat.yaitu cessna caravan 208 dan kodiak.adapun jenis caravan yaitu caravan dan grand caravan,secara body sedikit lebih panjang grand caravan,namun untuk sepesifikasi engine sebenarnya berbeda.namun di MAF disamakan guna mempermudah perawatan,
ReplyDeletemakasih mas infonya....mantap!
DeleteFuad....ternyata disini kerjaanmu...Kangen gak sih ke pedalaman? Pedalaman selalu membawa kenangan yang rasanya ingin terulang kembali...tapi jangan lama-lama
ReplyDeleteIya Yas....kapan2 nanti pengen balik. kebayang ngga ya gmn nduga 10 atau 15 thn lagi....apalagi stl ada pelabuhan n jalan tembus
DeletePK-MAU.. Cessna 182T slylane... pesawat mantep itu..
ReplyDelete