running text

WELCOME TO MY BLOG...

Sunday, September 23, 2012

Arrggghh!! Susahnya mau ngerujuk pasien…


Sulitnya transportasi membuat segala sesuatunya jadi lebih susah. Termasuk juga ketika kita mau ngerujuk pasien. Padahal kalo yang namanya pasien sampe dirujuk…itu berarti pasien tersebut sakitnya sudah terlalu berat dan tidak bisa ditangani di Puskesmas. Dan terkadang juga butuh “dalam tempo yang secepatnya” untuk bisa mengirim pasien jika pasien tersebut berada pada level emergency. Namun apa daya, karena namanya juga di pedalaman dan transportnya hanya bisa memakai pesawat….jadi aja proses rujukan juga jadi susah….kadang sampe tertunda beberapa hari, beberapa minggu…..atau kadang pasiennya  udah keburu meninggal,
seperti yang aku alami beberapa waktu lalu (bulan agustus).

Di bulan agustus kemarin, ada 4 orang pasien yang harus aku rujuk ke Wamena….tapi hanya dua diantaranya saja yang kemudian berhasil aku rujuk, sedangkan yang dua lainnya batal aku rujuk, satu karena pasiennya berhasil aku obati dan kemudian sembuh dan satu lainnya batal karena heli terlambat datang dan pasiennya kemudian meninggal. Sebetulnya selama 2 tahun bertugas di Nduga, aku jarang sekali merujuk pasien. Karena di tempat tugasku tuh, kalo pasien sudah sakit sangat berat dan….kasarnya katakanlah sudah mendekati ajal….maka pasien atau keluarganya biasanya akan menolak untuk dirujuk. Alasannya karena mereka ingin meninggalnya di kampung mereka sendiri….atau kadang ketika dirujuk mereka menolak karena ingin menyeleseikan masalah dulu…. (ini terkait adat sih, jadi susahh..). Hanya sedikit saja yang mau dirujuk. Bahkan terkadang ada pasien yang sakit berat dan dirawat dirumah sakit di kota Wamena…tapi kemudian dibawa pulang ke kampung oleh keluarganya. Alasannya ya itu…biar bisa meninggal di kampung dan menyeleseikan masalah dulu…

Jadi di Bulan Agustus kemarin, ketika aku bisa dapet pasien yang harus dirujuk sampe 4 orang….aku serasa dapet rapelan…maklum sebelumnya gak pernah ngerujuk pasien sampai sebanyak ini…hehehe

Apalagi di Bulan Agustus  hingga awal september kemarin cuaca di Mugi benar-benar buruk. Pesawat dari wamena banyak yang membatalkan penerbangannya karena faktor cuaca buruk tersebut, bahkan sempat ada lima kali flight harus kembali ke Wamena karena gagal mendarat di Mugi….padahal pesawat sudah tiba dan sempat berputar-putar diatas Mugi. Tapi karena cuaca memang benar-benar buruk dan landasan tidak terlihat karena tertutup kabut tebal maka akhirnya pesawatpun terpaksa harus kembali ke Wamena. Kalo sudah begini makin susah deh….

Hmmm, biar ceritanya lebih gampang, aku ceritain satu persatu aja kali ya tentang pasien rujukan ini….

  1. Pasien rujukan yang pertama bernama YG, seorang bapak yang berusia sekitar 50 tahunan. Pasien ini datang ke rumahku dengan diantar beberapa orang. Kemudian salah seorang dari pengantar yang merupakan keluarga datang menghampiriku yang saat itu memang sedang ada di teras rumah.
Keluarga          : “Pa dok, ada yang sakit…”
Aku                 : “Siapa yang sakit? Sakit apa kah?”
Keluarga         : “Bapak ini” (orang ini menunjuk ke salah seorang rombongan), “Dia punya mulut ada lobang” (sambil menunjuk ke pipinya)

Pasien memakai penutup kepala yang menutupi sebagian wajahnya, sehingga waktu itu lukanya ngga keliatan.

Aku                 : “Baru…kenapa bisa sampe lubang…kena parang kah? Atau kena panah?”
Keluarga          : “Ah, tidak pa dok… itu dia bikin sendiri…”

Aku sempat berpikir kalo pasien ini mengalami trauma benda tajam yang mengakibatkan luka dipipinya.

Aku                 : “Kalo begitu coba saya lihat…”

Kemudian pasien tersebut mendekat, dan lalu membuka penutup wajahnya….

Ulkus di pipi


Wahhh….jujur aku belum pernah dapat kasus seperti ini. Menurut keterangan pasien, awalnya luka tersebut hanya berupa benjolan yang terasa nyeri sejak 5 bulan yang lalu. Lalu benjolan tersebut berubah menjadi luka di dalam mulutnya yang lama kelamaan semakin progresif hingga menyebabkan perforasi dan membuat pipinya berlubang. Menurut pasien sudah sejak 3 minggu ini dia mengalami kesulitan makan, karena terasa nyeri dan terkadang dia kesulitan dalam mengunyah makanannya.

Awalnya mereka meminta aku untuk menjahit dan menutup lubang tersebut. Mungkin karena mereka pernah melihat ada beberapa pasien luka yang kemudian bisa aku jahit, jadi mereka pikir akupun bisa menjahit dan menutup luka pasien ini. Tapi aku bilang, kalo aku ngga bisa menjahit pipi bapak ini, ini kasus diluar kemampuanku. Aku curiga penyakit bapak ini mengarah ke keganasan, apalagi karena perjalanan penyakitnya yang begitu progresif. Karenanya kemudian aku menjelaskan ke pasien maupun keluarganya kalo pasien ini perlu kita kirim/rujuk ke kota untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.

Akupun kemudian membuatkan surat pengantar rujukan untuk pasien tersebut. Kemudian aku bilang ke pasien supaya selalu standby di landasan setiap pagi, apalagi kalo cuaca cerah….siapa tau ada pesawat….begitu kataku.

Tapi sayang, cuaca di bulan Agustus memang kurang bersahabat…..disini antara bulan Juli – September memang dikenal sebagai bulannya cuaca buruk. Kalo udah cuaca buruk….ahh, udah dehh…cuaca berawan, kabut pekat dan hujanpun sering turun. Curah hujan disini memang tinggi, tapi buat aku ngga masalah sih…karena itu artinya aku ngga akan kekurangan air bersih (coz kami disini memakai air hujan untuk mandi, cuci dan masak). Yup, hujan mah ngga masalah…tapi kabut ini yang bikin susah…kalo kabut sudah  naik (awan naik) dan menutupi pandangan (awan tutup)….pesawat jadi ngga bisa terbang ke Mugi.

Sudah berhari-hari awan tutup di Mugi, dan tidak ada satu pesawatpun yang datang. Ada sih beberapa kali pesawat mencoba datang, namun setelah berputar-putar diatas langit Mugi, akhirnya merekapun kembali lagi ke Wamena karena tidak bisa mendarat. Cuacapun bisa berubah dengan cepat…pernah ketika itu cuaca cerah dan agen penerbanganpun melaporkan bahwa cuaca baik. Akhirnya dari Wamena pesawatpun berangkat….namun sialnya alam memang lagi ngga bersahabat. Secepat itu kabut naik ……sehingga ketika pesawat sudah tiba diatas langit Mugi, kabut sudah pekat dan menutupi pandangan. Pesawatpun batal mendarat dan kembali ke Wamena. Kalo udah gini  kitapun hanya bisa menunggu dan berharap semoga besok…atau besoknya….atau besoknya lagi cuaca bisa cerah atau setidaknya bisa sedikit cerah sehingga pesawat bisa masuk.

Setelah bapak YG menunggu lebih dari 10 hari, akhirnya ada juga hari cerah dan pesawat bisa masuk. Tapi rupanya cuaca bukanlah satu-satunya kendala…..

Karena lama tidak ada pesawat, maka calon penumpang yang mau keluar Mugi sudah menumpuk. Waktu itu sudah ada lebih dari 12 calon penumpang, dan mereka sudah mendaftar jauh-jauh hari sebelumnya. Sedangkan pesawat yang datang adalah jenis caravan dengan kapasitas 9 orang….waduh, siapa nih yang bakal kegusur? Pasti ntar mereka bakal ngamuk lagi…begitu yang aku pikirkan. Urusan rebutan pesawat memang bikin pusing….dan ini udah sering terjadi. Tadinya pasien akan keluar dengan ditemani dua anggota keluarganya, namun karena takutnya akan jadi masalah….aku bilang satu orang aja yang ikut nganter, satu lagi nanti menyusul dari belakang alias kalo ada pesawat berikutnya. Hadeehh…menggusur satu orang aja kadang bikin rebut, apalagi kalo harus menggusur tiga orang….

Dan benar saja….rupanya urusan penumpang yang tergusur ini kembali jadi masalah. Calon penumpang protes karena mereka tidak mau tergusur…apalagi karena mereka sudah cukup lama menunggu pesawat. Sempat ada salah satu tokoh pemuda yang juga merupakan calon penumpang datang menemuiku. Dia bilang pasien tidak boleh dikirim ke kota karena harus selesaikan masalah adat dulu di kampung. Ah, dia hanya cari2 alasan saja supaya penumpang tidak ada yang tergusur. Dan akupun tetap pada pendirianku…aku bilang pasien harus dikirim ke kota dan pasien lebih prioritas daripada penumpang yang lain. Rupanya dia kekeuh, akhirnya dia menemui pilot dan agen penerbangan…. Mereka menyampaikan protesnya ke pilot dan agen, dan rupanya sang agen….seorang pemuda dan merupakan agen cadangan….goyah pendiriannya karena intimidasi para calon penumpang tersebut. Dia menyarankan ke aku supaya pasiennya dikirim nanti saja, kalo ada pesawat berikutnya. Tapi sekali lagi aku tetap pada pendirianku : pasien harus dikirim sekarang dan itu prioritas!.

Mereka lihat aku kekeuh, akhirnya merekapun bicara ke pilot….panjang lebar pilot menjelaskan bahwa pasien harus ikut….namun orang-orang ini tetap ngga mau mengerti. Sampe akhirnya sang pilot mulai kesal dan mengultimatum: kalo calon penumpang tidak mau menerima keputusan tersebut maka tidak ada calon penumpang umum yang boleh naik dan pilot hanya akan terbang ke Wamena hanya dengan membawa pasien saja. 

Waduh! Gawat nih… kalo semua penumpang batal naik gara2 pasien ini bisa-bisa ntar mereka ngamuk….bisa-bisa ntar aku kena getahnya…

Aku yang tadinya hanya berdiri di pinggir landasan memperhatikan mereka, kemudian mendekat ke pesawat dan bicara ke para calon penumpang…

“sudah, kasih kosong saja dua kursi (untuk pasien dan satu pengantar), daripada (semua penumpang umum) tidak ada yang naik…. nanti penumpang yang lain naik pesawat yang lain, kan masih ada flight besok-besok tho…..”

(Memang kejadian rebutan pesawat bukan barang baru disini. Bahkan sempat beberapa kali pilot sampe marah gara-gara penumpangnya kisruh dan susah diatur karena rebutan pesawat, akhirnya sang pilot yang kesal menyuruh semua calon penumpang turun dari pesawat dan dia kemudian terbang kosong, tanpa membawa seorangpun penumpang).

Dan atas saran dari beberapa orang lainnya akhirnya merekapun menurut. Lalu agenpun kemudian memanggil calon penumpang satu persatu untuk naik ke pesawat. Syukurlah calon penumpang yang tergusur kemudian mau menerima keputusan dan tidak mengamuk…. :legaa

Untungnya keesokan harinya, cuaca kembali cerah dan ada pesawat yang bisa masuk. Calon penumpang yang tersisapun akhirnya bisa naik pesawat ini. Betul - betul kaya cerita di sinetron deh….happy ending….semua akhirnya bisa mendapatkan pesawatnya…. :)


   
  1. Pasien kedua adalah seorang anak perempuan kecil yang baru berumur 5 tahun bernama WG. Pasien ini tertimpa sebuah pohon yang ditebang oleh kakaknya. Waktu itu hari senin pagi Pak Mantri Yonathan datang kerumahku. Dia melaporkan ada pasien anak kecil yang tertimpa pohon, dan sekarang anak itu hanya terbaring dan matanya bengkak. Sebetulnya kejadiannya hari sabtu sore, tapi Pak Mantri ini ngga melaporkannya ke aku dan mencoba mengobatinya sendiri.

Tapi sekarang kondisi pasien tidak berubah dan malah semakin memburuk, makanya Pak Mantri lapor ke aku, karena kemungkinan pasien perlu dirujuk. Kalo dari penjelasan Mantriku sih pasien ini kayaknya emang perlu dirujuk. Tapi hari itu tidak ada rencana penerbangan pesawat ke Mugi, hanya saja ada penerbangan ke distrik tetangga yaitu distrik Mapenduma. Aku dan Pak Mantri pun bergegas turun ke Puskesmas. Sesampainya di Puskesmas aku suruh orang untuk memanggil pasien. Kebetulan rumah pasien tidak jauh, jadi ngga berapa lama kemudian pasien dan orang tuanyapun datang. Begitu melihat pasien, aku berkesimpulan…ini perlu dirujuk…. Makanya aku meminta Mantriku buat menemui petugas di radio SSB supaya menghubungi pilot dan juga Distrik Mapenduma agar pesawat pas pulang bisa singgah dulu di Mugi untuk jemput pasien….

Pasiennya aku lihat lebam dibagian matanya, ketika aku periksapun ada hematom dan fraktur tulang tengkorak di kepalanya, tangan kirinya juga tidak bisa digerakkan. Selesai memeriksa, akupun segera menulis surat rujukan. Baru beberapa kalimat aku buat, tiba2 terdengar suara pesawat. Dan pesawat ini datang begitu cepat, jadi dengan terburu-buru segera saja aku menyelesaikan surat rujukan tersebut.

Kemudian kami segera naik ke landasan atas tempat pesawat berhenti. Ada kejadian lucu tapi cukup miris… bapak pasien yang akan ikut mengantar pasien rupanya hanya memakai koteka dan tidak berpakaian lengkap. Aku kemudian meminta dia segera mengganti kotekanya dengan celana….karena aku pernah dengar di distrik Yigi ada pilot yang menolak penumpang karena tidak memakai celana alias hanya memakai koteka. Aku takut nanti pilot juga akan menolak bapak ini…
tapi bapak ini kemudian bilang kalo dia tidak punya celana…haduuhhh, sungguh kasian…sampe hanya sekedar celana saja bapak ini tidak punya… lalu aku bilang, semoga pilot tidak tolak bapak ini. Lalu bapak ini membersihkan dirinya menggunakan air kubangan yang ada di pinggir landasan…… betul2 miris melihatnya… :(

Sesampainya ditempat pesawat aku segera menemui pilot dan menyampaikan maksudku untuk merujuk pasien. Kemudian aku ceritakan kejadian yang menimpa pasien… pilot itu kemudian menyuruh pasien dan pengantarnya untuk naik pesawat. Syukurlah  pilot ini tidak menolak bapak si pasien, sehingga diapun bisa naik pesawat dan ikut terbang bersama pasien menuju kota Wamena. Aku kebetulan tidak ikut dengan mereka, tapi aku sudah beri arahan ke mereka agar menemui beberapa orang di Wamena supaya bisa membantu mereka dalam proses pengurusan administrasi di rumah sakit nanti........Bersambung.

Mugi, Agustus 2012

4 comments:

  1. Sambungannya mana?

    Gimana nasib selanjutnya para pasien yang dirujuk itu?

    Salam
    Evia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pas mau nulis sambungannya, saya keburu terserang penyakit malasnya mba (awalnya malas dan lalu jadi terlupakan)....akhirnya blm selesai juga saya ngetiknya sampe sekarang...hehe.

      Pak YG itu akhirnya meninggal setelah sempat dirawat beberapa lama di RS... :(

      Delete
    2. Innalillahi wa innailaihi roji'un.
      Ternyata sakit apa pak YG? Yang pipinya bolong itu kan?

      Delete
    3. Iya, yang pipinya bolong mba...
      Saya ngga tau diagnosis dari RSnya, coz mau tanya keluarganya juga susah...mereka juga ngga ngerti.

      Delete